TEMPO.CO, Banyuwangi – Industri kereta api di Banyuwangi yang sedang dalam proses pembangunan akan dilengkapi dengan fasilitas test track sepanjang 4 kilometer. Fasilitas ini digunakan untuk menguji gerbong atau lokomotif yang selesai dibuat.
“Sehingga kalau kami membangun lokomotif bisa langsung diuji coba. Pabrik-pabrik kereta di dunia yang besar memang harus dilengkapi fasilitas tersebut. Karena itu di Banyuwangi ini kami membangun test track yang panjang,” kata Menteri BUMN Rini Soemarno saat meninjau progress pembangunan industri kereta api terbesar di Asia Tenggara (ASEAN) di Banyuwangi, Rabu, 17 Juli 2019.
Rini menjelaskan, di lokasi pabrik kereta di Banyuwangi ini juga akan dibangun beberapa pabrik. Pertama, INKA bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk membangun lokomotif diesel.
“Dieselnya kami harapkan bisa menerima biofuel 30 persen kelapa sawit. Itu tentunya akan mendorong hilirisasi kelapa sawit dalam negeri dan mengurangi energi impor,” jelas Rini.
Kedua, INKA juga akan berkolaborasi dengan Stadler Rail Group dari Swiss yang membawa teknologi terbaru untuk membangun kereta listrik. “Maka tadi saya minta PT INKA harus ganti nama, karena tidak ada lagi yang dijual kereta api, tapi kami kan menjual kereta disel, kereta listrik,” selorohnya.
Rini menargetkan pabrik ini akan mulai beroperasi pada Agustus 2020 mendatang. Menurutnya, pesanan kereta yang datang ke PT INKA untuk gerbong dan lokomotif itu semakin banyak.
“Kami sedang menawarkan kereta api ke Laos dan Madagaskar. Kalau di Filipina sudah dapat. Untuk itu, kami harapkan pabrik ini cepat terselesaikan. Janjinya memang Agutus tahun depan,” kata Rini.
Sementara itu, Dirut PT INKA Budi Noviantoro menjelaskan bahwa pabrik di Banyuwangi ini menempati lahan seluas 83,4 hektar. “Saat ini sudah 20 persen jalan. Nantinya, kapasitasnya 1,5 kereta per hari atau 500 kereta dalam satu tahun,” jelas Budi.
Sejak groundbreaking (peletakan batu pertama) akhir Maret 2019 lalu, pabrik kereta milik BUMN PT INKA ini pekerjaannya telah berjalan 20 persen.