TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Tjahya Widayanti menduga melambungnya harga cabai di beberapa titik di Indonesia disebabkan oleh kurangnya suplai. Kendati, hingga kini Kementerian Perdagangan masih belum mengantongi data produksi cabai di dalam negeri.
"Kalau saya sih berpikir harga itu pengaruh dari supply and demand, sehingga bisa jadi begitu (suplai kurang)" ujar Tjahya di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu, 17 Juli 2019. Namun, ia mengatakan masih akan melihat data pasti dari produksi cabai tersebut.
Karena itu, langkah pertama yang ia lakukan adalah meminta data tersebut kepada Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, namun masih belum mendapat jawaban. Sebabnya, Tjahya mengatakan solusi baru bisa diperoleh bila telah mengetahui kondisi produksi di lapangan.
"Memang harga masih tinggi, saya masih berupaya bagaimana caranya ini, karena saya sudah meminta data ke Dirjen Hortikultura tapi masih belum dapat," kata Tjahya.
Kenaikan harga cabai sudah terpantau sejak pertengahan tahun ini. Harga cabai di sejumlah pasar di Kabupaten Gunungkidul masih mahal dan belum ada tanda-tanda turun. Penurunan harga cabai bakal terjadi saat petani mulai panen.
Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Gunungkidul, Yuniarti Ekoningsih, mengatakan harga cabai merah keriting terpantau mencapai Rp60.000 per kilogram pada awal awal bulan Juli 2019. Menurutnya, kenaikan harga cabai karena tingginya permintaan, sementara stok yang ada tidak terlalu banyak. "Itu yang menjadi pemicu melonjaknya harga," ucapnya, Jumat, 5 Juli 2019.
Yuniarti menambahkan saat ini di beberapa wilayah di Gunungkidul sedang mengadakan tradisi bersih desa atau rasulan. Tradisi rasulan adalah tradisi yang dilakukan oleh petani setelah panen. "Karena yang dibawa dalam bentuk masakan sudah jadi, maka butuh banyak cabai," katanya.
Seorang pedagang di Pasar Argosari, Kecamatan Wonosari, Kasmi, mengungkapkan harga cabai rawit merah yang semula dijual Rp 40.000 kini naik menjadi Rp 60.000. Selain itu harga cabai merah keriting juga naik. "Dari Rp 45.000 sekarang naik menjadi Rp 60.000," ujar Kasmi.
Tingginya harga membuat dirinya bingung untuk melayani pembeli. Kasmi mengaku enggan melayani pembeli yang membeli cabai seharga Rp 5.000 karena justru membuatnya merugi. Ia tidak menyangka hanya dalam waktu sepekan harga cabai naik secara drastis. "Naiknya bisa Rp 20.000," katanya.
Harga cabai yang masih tinggi membuat para pedagang tidak berani berspekulasi menyetok cabai dalam jumlah banyak. Kenaikan cabai pun berdampak dengan sedikitnya konsumen yang membeli cabai.
BISNIS