TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berpendapat bahwa turunnya angka ekspor pada Juni 2019 bukan hanya disebabkan oleh faktor musiman, yaitu libur Lebaran 2019. Menurut dia, secara umum kondisi global sedang kurang sehat.
"Memang ekonomi dunia, perdagangan, sedang bermasalah," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin, 15 Juli 2019. Di samping melambatnya ekonomi dunia, ia berujar sektor keuangan dunia juga tertekan.
Meski demikian, apabila dibandingkan dengan impor, ujar Darmin, neraca perdagangan Tanah Air bulan lalu masih bisa mencapai surplus, meski tidak banyak. Fakta tersebut, menurut dia, setidaknya menunjukkan kecenderungan akan berlanjut terus. "Tapi memang situasi sedang tidak bagus."
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mencatat performa ekspor selama Juni 2019 menurun hingga 20,54 persen secara month to month bila dibandingkan dengan Mei 2019. Sedangkan dibandingkan tahun lalu atau year on year, kinerja ekspor melorot 8,57 persen.
Bulan Juni, nilai ekspor hanya mencapai US$ 11,78 miliar. Sedangkan pada Mei 2019, capaian ekspor tercatat US$ 14,8 miliar. BPS menduga, performa ekspor tak semoncer sebulan sebelumnya lantaran dipengaruhi cuti bersama yang cukup panjang selama 9 hari pada Lebaran lalu. Hal itu terpotret dari dokumen-dokumen ekspor yang keluar tak sebanyak pada bulan sebelumnya.
Dari sisi volume, kinerja ekspor Indonesia sepanjang Juni 2019 juga mengalami kemelorotan. Tercatat penurunan volume ekspor menyusut 19,61 persen secara month to month. Merosotnya kinerja ekspor disebabkan oleh penurunan volume ekspor non-migas sebesar 18,83 persen dan migas mencapai 36,29 persen. Sedangkan secara year on year, volume ekspor menurun 6,15 persen.
Melorotnya volume ekspor dipengaruhi oleh menurunnya harga komoditas seperti batu bara, sawit, seng, besi, dan tembaga. Batu bara misalnya, menurun 15 persen harganya. Di sisi lain, penurunan performa juga terpukul oleh melorotnya harga minyak mentah Indonesia atau ICP di pasar dunia. Sepanjang Juni, harga ICP hanya US$ 61 per barel. Sedangkan Mei sebelumnya, harga ICP menyentuh 68,07 per barel.
Secara kumulatif, komposisi ekspor masih dikuasai oleh non-migas. Ekspor non-migas hingga saat ini tercatat mencapai 93,67 persen.
CAESAR AKBAR | FRANCISCA CHRISTY