TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economy atau Core Piter Abdullah Redjalam mengatakan pertemuan presiden terpilih Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto akan membawa iklim positif bagi investor. Menurut dia, dengan persamuhan kedua tokoh politik ini, investor tidak akan lagi wait and see seperti saat masa pemilihan umum berlangsung.
“Mereka dapat segera merealisasikan semua rencana investasi mereka yang selama ini tertunda,” ujar Piter dalam pesan pendek kepada Tempo, Sabtu, 13 Juli 2019.
Piter menyatakan pertemuan politik istimewa ini akan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia. Sebab, tren kondisi ekonomi juga terdampak oleh situasi stabilitas politik.
Menurut dia, perjumpaan Jokowi dan Prabowo akan mengurangi hiruk-pikuk politik dan berfokus membangun ekonomi. Meski demikian, kata dia, bukan berarti perekonomian Indonesia lantas melompat pasca-pertemuan berlangsung. Piter menandai banyak kendala pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum terselesaikan dan tidak bisa otomatis kelar pasca-kondisi politik stabil.
Misalnya, realisasi investasi yang masih jalan di tempat karena masalah pembebasan lahan, perizinan, dan perburuhan. “Pertemuan ini juga tidak otomatis menyebabkan konsumsi bisa melaju kencang,” ucapnya.
Pertemuan Jokowi dan Prabowo sebelumnya terjadi pada Sabtu siang, 13 Juli. Keduanya berjumpa di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus. Dalam persamuhan itu, Jokowi mengajak Prabowo menunggang MRT. Sambil berseloroh, Jokowi menyebut Prabowo belum pernah menjajal kereta cepat ini. Turun di Halte Senayan, Jokowi dan Prabowo lantas menggelar makan siang bersama di salah satu restoran sate di Mal FX Sudirman. Mereka berbincang hampir 2 jam.
Dalam pertemuan hangat Jokowi dan Prabowo itu, masyarakat diajak menjalin persatuan serta meniadakan istilah “01” dan “02”. Angka ini merujuk pada penomoran keduanya saat masa pemilihan calon presiden.
AHMAD FAIZ | DEWI NURITA