TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Mohammad Faisal berpendapat pertemuan istimewa calon presiden terpilih, Joko Widodo atau Jokowi, dan Prabowo Subianto akan berdampak positif bagi kondisi ekonomi. Menurut dia, sejumlah agenda bisnis akan tercapai lantaran stabilitas sosial dan politik membaik.
“Pertemuan ini memberikan sinyal positif akan adanya stabilitas sosial politik ke depan. Jadi pelaku usaha, investor, akan menyambut positif,” ujarnya kala dihubungi Tempo pada Sabtu, 13 Juni 2019.
Menurut Faisal, stabilitas ekonomi yang membaik akan membuat pemerintah dan pelaku usaha lebih berfokus terhadap agenda ekonomi yang telah direncanakan. Di sisi lain, tren investor akan turut bergerak positif.
“Untuk investasi di portofolio semestinya lebih positif,” ucapnya. Faisal mengimbuhkan, kondisi pertemuan Jokowi dan Prabowo yang cenderung memperbaiki iklim sosial-politik juga akan berdampak pada capital outflow atau dana keluar yang lebih rendah.
Tren kondisi ekonomi yang membaik, ujar Faisal, akan bertahan bila Jokowi kelak memilih menteri-menterinya di Kabinet Indonesia Kerja Jilid II yang berintegritas. Faisal lantas menyarankan Jokowi memilih menteri-menteri yang mendukung reformasi ekonomi. Dengan begitu, Indonesia akan menarik minat pemodal lebih besar.
Pertemuan Jokowi dan Prabowo terjadi pada Sabtu siang, 13 Juli. Keduanya berjumpa di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Lebak Bulus. Dalam persamuhan itu, Jokowi mengajak Prabowo menunggang MRT. Sambil berseloroh, Jokowi menduga Prabowo belum pernah menjajal kereta cepat ini. Turun di Halte Senayan, Jokowi dan Prabowo lantas menggelar makan siang bersama di salah satu restoran sate di Mal FX Sudirman.
Dalam pertemuan hangat itu, baik Jokowi dan Prabowo keduanya juga mengajak masyarakat menjalin persatuan serta meniadakan istilah “01” dan “02”. Angka ini merujuk pada penomoran keduanya saat masa pemilihan calon presiden.
AHMAD FAIZ | DEWI NURITA