TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reform on Economy (CORE) Piter Abdullah menilai Deputi Gubernur Senior BI terpilih Destry Damayanti harus mampu menjaga stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian global.
Baca juga: Setujui Destry Damayanti jadi DGS, DPR Minta BI jadi Market Maker
Piter mengatakan ke depanya, kebijakan negara-negara besar seperti AS dan Cina masih akan mempengaruhi arus modal asing dari negara maju ke negara berkembang termasuk ke Indonesia. "Kondisi ini akan mempengaruhi nilai tukar. Dalam kondisi tersebut peran BI menjaga nilai rupiah dalam bentuk inflasi dan juga nilai tukar terhadap mata uang asing menjadi lebih krusial," ungkap Piter, Kamis, 11 Juli 2019.
Dia berharap DGS BI yang baru mampu menjaga stabilitas rupiah. Hal itu dibutuhkan oleh dunia usaha agar dapat terus berjalan dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
"Posisi DGS adalah orang kedua di BI diharapkan mampu menjawab tantangan tersebut dengan membangun kerjasama yang baik dengan gubernur dan para deputi," tutupnya.
Sebelumnya, Deputi Gubernur Senior BI terpilih yaitu Destry Damayanti mengatakan ingin mewujudkan BI sebagai bank sentral yang adaptif dan inovatif.
Destry terpilih secara aklamasi sebagai Deputi Gubernur Senior BI dalam rapat tertutup Komisi XI DPR RI, Kamis. Dengan berkembangnya teknologi informasi yang diikuti dengan digital economy dan fintech, BI harus siap menghadapi tantangan perkembangan zaman tersebut.
"Kalau kita tidak punya regulasi yang tepat [atas digital economy dan fintech], itu bisa membahayakan perekonomian," kata Destry, Kamis (11/7/2019).
Dalam hal ini, dibutuhkan sinergi antara BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kementerian terkait, serta mitra strategis agar digital economy dan fintech bisa berkembang dengan jiwa nasionalisme.
"Jadi jangan sampai industrinya berkembang tapi malah menggerogoti negara kita, kita harus tumbuh bersama-sama," ujarnya.
Lebih lanjut, perlindungan konsumen sangat penting di tengah perkembangan teknologi yang begitu cepat. Apabila terganggu, Destry mengatakan tidak hanya perekonomian saja yang terdampak, tapi juga sosial dan politik.
Destry memandang tantangan BI ke depan sangat luar biasa. Kemajuan teknologi tentunya meningkatkan financial inclusion terutama untuk masyarakat kelas bawah.
"Tantangannya ke depan pertama dari sisi pembayaran sudah beralih dari tunai ke non-tunai, pelakunya dari bank menjadi non-bank. Ini bagaimana kebijakannya? Apa yang perlu dilakukan?" ungkap Destry Damayanti menceritakan visi dan misinya ke depan.
BISNIS