TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar lira merosot lebih dari 3 persen setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengambil langkah mengejutkan dengan mencopot Gubernur Bank Sentral Turki Murat Cetinkaya dari posisinya.
Baca: Inflasi Turki Melonjak 25 Persen, Bagaimana Dampaknya ke Lira?
Nilai tukar lira kemudian dilaporkan turun 2,1 persen ke level 5,7487 per dolar AS pukul 08.54 pagi waktu Singapura. Nilai tukar tersebut setelah sempat melemah ke posisi 5,8247 pada perdagangan di Asia pagi ini, Senin, 8 Juli 2019, berdasarkan data Bloomberg.
Erdogan tiba-tiba mengumumkan pemecatan Murat Cetinkaya dari jabatan gubernur bank sentral, setelah dia dikatakan menolak permintaan tidak resmi untuk mengundurkan diri.
Keputusan resmi Presiden yang dirilis pada Sabtu pekan lalu, 6 Juli 2019 itu menyatakan bahwa Wakil Gubernur Bank Sentral Murat Uysal ditunjuk sebagai pengganti Cetinkaya.
Keputusan ini diambil hanya beberapa hari setelah tingkat suku bunga riil Turki meningkat menjadi sebesar 8,3 persen. Adapun inflasi mengalami perlambatan di luar ekspektasi sehingga memberikan ruang bagi pembuat kebijakan untuk memulai siklus pelonggaran.
Menurut sumber terkait yang identitasnya dirahasiakan, ketegangan antara Cetinkaya--yang masa jabatannya akan berakhir pada 2020--dengan pemerintah meningkat setelah pertemuan otoritas moneter pada 12 Juni 2019. Dalam pertemuan kebijakan itu, Bank Sentral Turki mempertahankan tingkat suku bunga.
Selama pertemuan tertutup setelah keputusan itu dikeluarkan, Erdogan disebut mengatakan kepada anggota parlemen dari partai yang berkuasa bahwa para politikus dan birokrat harus mendukung keyakinannya soal suku bunga yang lebih tinggi adalah penyebab inflasi.
“Dia (Erdogan) juga mengancam mengenakan konsekuensi bagi siapapun yang menentang kebijakan ekonomi pemerintah,” ungkap salah pejabat yang hadir dalam pertemuan tertutup itu, seperti dikutip dari Bloomberg.
Pemecatan mendadak tersebut dapat memicu kembali kekhawatiran investor tentang independensi bank sentral, bahkan dapat menggagalkan reli lira Turki yang sudah dimulai sejak awal Mei lalu. “Tidak diragukan lagi ini adalah berita buruk bagi aset-aset Turki,” ujar Nigel Rendell, seorang analis senior di Medley, yang berbasis di London. “Sekali lagi Erdogan mencampuri urusan operasional bank sentral karena dia pikir dia tahu yang terbaik, padahal tidak."
Cetinkaya, yang ditunjuk sebagai Gubernur Bank Sentral Turki pada April 2016, dikritik karena bertindak terlalu lambat untuk mengetatkan kebijakan moneter selama pelemahan mata uang lira pada Agustus 2018. Dalam menghadapi gejolak pasar, ia meningkatkan suku bunga acuan sebesar 625 basis poin pada September dan menahannya sejak saat itu.
Baca: Lira Turki Hentikan Penurunan, Pasar Saham Global 'Rebound'
“'Kejahatan' yang dilakukan Cetinkaya adalah tidak memangkas suku bunga,” tulis Win Thin, kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman & Co., dalam sebuah riset. “Wakil Gubernur Murat Uysal disebut bakal menggantikannya, meskipun kita semua tahu sekarang siapa yang benar-benar mengendalikan kebijakan moneter."
BISNIS