TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Damri Setia N Milatia Moemin menyampaikan permohonan maaf atas gangguan layanan bus Damri pada hari ini, Sabtu, 6 Juli 2019. Gangguan terjadi sebagai imbas dari pemogokan para pengemudi yang berlangsung sejak Jumat, 5 Juli 2019.
Baca : Penumpang Bandara Bayar Ongkos Bus Dobel, Damri Minta Maaf
“Tuntutannya adalah agar helper (kondektur) lama direkrut oleh Damri dan diposisikan di dalam bus kembali,” kata Setia dalam keterangannya di Jakarta hari ini. Ia menduga, demo ini didalangi oleh segelintir provokator dan mengarah pada tindakan anarkis karena sudah menyerang pejabat Damri yang menemui pendemo.
Sebelumnya akibat aksi mogok ini, layanan angkutan Damri dari dan menuju Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten terganggu. "Dari 25 rute lebih, hanya tiga rute yang beroperasi," ujar Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta, Agus Haryadi kepada Tempo pagi ini.
Setia lalu menjelaskan duduk persoalan ini. Ia mengatakan, ada empat kebijakan yang sebenarnya tengah dilakukan perusahaan. Pertama, Damri mempercepat pengembangan electronic ticketing system atau e-tiket. Sistem ini bukan hanya merupakan pilihan tetapi suatu keharusan, khususnya di Bandara Soekarno-Hatta. Terlebih, PT. Angkasa Pura II sebagai pengelola bandara juga sudah gencar melakukan digitalisasi.
Kedua, dengan sistem e-ticket ini, layanan helper di dalam bus (on board) sudah tidak diperlukan. Namun perlu digaris bawahi bahwa layanan helper tidak pernah dihilangkan. Layanan helper dipindahkan dari dalam bus (on board) ke luar bus (off board). Sesuai dengan fungsinya, helper Damri disiagakan untuk membantu pelanggan di titik-titik pemberangkatan kedatangan.
Ketiga, Damri sedang melakukan pembenahan status helper dari kondisi tanpa ikatan kerja menjadi pegawai dengan status sesuai aturan pemerintah. Sebab, selama ini mereka direkrut oleh pengemudi. Setelah dilakukan tes terhadap sekitar 300 orang helper, hanya 90 orang yang lulus.