TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memperkirakan secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia atau balance of payment kuartal II mengalami surplus sekitar US$ 3 miliar.
BACA: 3 Sanksi Sri Mulyani untuk Eksportir yang Tak Bawa Pulang Devisa
"Neraca pembayaran, bisa dilihat kenaikan cadev dari akhir Maret-Juni itu sebenarnya jumlah surplus dari neraca pembayaran," kata Perry di Masjid Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 5 Juli 2019.
Menurur dia, surplus di kuartal II itu ditopang dengan meningkatnya aliran masuk modal asing di neraca transaksi modal dan finansial. Selain, juga dipengaruhi oleh perolehan cadangan devisa. Kendati neraca pembayaran surplus, kata dia, masih akan terjadi defisit pada keseluruh transaksi berjalan atau current account kuartal II.
"Tapi perkiraan kita akan lebih rendah dari 3 persen dari PDB. Tapi lebih dari itu, surplus dari neraca modal dan finansial lebih tinggi dan bisa menutupi defisit tadi," kata Perry.
BACA:Kemenperin Ingin Potong Defisit Neraca Perdagangan Sektor Farmasi
Sehingga secara keseluruhan neraca pembayaran, kata Perry, akan surplus. Dia mengatakan masih menunggu angka pastinya dari Badan Pusat Statistik. Adapun pada kuartal I 2019, neraca pembarayan surplus US$ 2,4 miliar.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko mengatakan Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2019 tercatat sebesar US$ 123,8 miliar. Angka itu, kata dia, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2019 yang sebesar US$ 120,3 miliar.
"Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Onny dalam keterangan tertulis.
Dia mengatakan posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,1 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta, kata dia, berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Dia mengatakan peningkatan cadangan devisa pada Juni 2019 terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas dan valas lainnya, serta penarikan utang luar negeri pemerintah. "Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai dengan didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik," ujarnya.
Baca berita tentang Neraca Pembayaran lainnya di Tempo.co.