TEMPO.CO, Jakarta - CEO AirAsia Group Berhad, Tony Fernandes, menerbitkan buku terbarunya berjudul Flying High. Buku memoar yang diterbitkan Kaifa ini mengupas berbagai babak dalam kehidupan Tony, termasuk perjuangannya menjadikan maskapai berbiaya murah alias Low Cost Carrier atau LCC dimilikinya menjadi maskapai terbaik di dunia.
BACA: Isu Maskapai Asing, Luhut: Kita Kasih ke AirAsia Dulu
“Saya harap buku ini bisa memberi inspirasi pada orang-orang yang ingin melakukan, apa yang ingin mereka kerjakan,” kata Tony dalam acara peluncuran buku sekaligus meet and greet di Plaza Senayan, Jakarta Selatan, Kamis, 4 Juli 2019.
Buku setebal 241 halaman ini menjadi salah satu kisah perjuangan Tony selama belasan tahun atau sejak mengambil alih Air Asia dari Pemerintah Malaysia pada 2001. Salah satu kisah yang diceritakan Tony yaitu mengenai pengalaman melawan orang-orang yang meremehkannya. Sehingga kini, Ia tak hanya menjadi CEO Air Asia, tapi juga pelaku bisnis musik di Warner Group.
BACA: Hari Ini, Bandara Kertajati Mulai Layani 12 Rute Domestik
Meski menjadi bos salah satu maskapai penerbangan terbesar di dunia, Tony sebenarnya memulai karir sebagai akuntan. Barulah pada usia 29 tahun, Ia mengambil alih Air Asia yang saat itu nyaris bangkrut dengan defisit hingga US$ 1 juta setiap bulan. Tapi kini, Air Asia bertransformasi menjadi perusahaan dengan pendapatan yang terus naik, namun harga tiket tetap terjangkau.
Dikutip dari laman resmi AirAsia Group Berhad, sepanjang 2018 lalu perusahaan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar 10,6 miliar Ringgit Malaysia atau setara Rp 36 triliun (rata-rata kurs 1 Ringgit Malaysia (RM) adalah Rp 3.400). Pendapatan ini naik 9 persen dibandingkan tahun 2017.
Sementara itu, laba setelah pajak yang diraup oleh perusahaan mencapai 1,7 miliar Ringgit Malaysia atau setara Rp 5,7 triliun atau juga naik 9 persen dibandingkan 2017. Pihak Air Asia menyatakan kenaikan laba bersih ini masih bisa dicapai perusahaan meski harga avtur semakin mahal, kurs mata uang di negara ASEAN lebih lemah, dan rentetan bencana alam yang terjadi di Indonesia.
Bagi Tony, upayanya membuat AirAsia menjadi sukses seperti saat ini tidaklah mudah. Banyak kegagalan yang Ia alami. Tapi Ia mengaku tidak menyerah hanya dengan gagal dalam percobaan. “Ini (buku Flying High) bukan hanya tentang kesuksesan, tapi soal banyak kegagalan, jika anda tidak mencoba, maka anda tidak akan pernah tahu,” ujarnya.