TEMPO.CO, Jakarta - Nama bos Lion Air Group sekaligus mantan Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Rusdi Kirana, bertengger dalam daftar nama calon anggota Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK. Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) PKB Jazilul Fawaid mengatakan Rusdi maju lantaran keinginannya pribadi dan tak ada sorongan dari partai.
Baca: Bos Lion Air Rusdi Kirana: Boeing Memandang Saya Seperti Celengan
"RK (Rusdi Kirana) punya sejarah dengan PKB memang benar. Tapi kan beliau sudah tidak tercantum secara struktural di partai dan maju di BPK juga tidak mewakili partai,” ujar Jazilul saat dihubungi Tempo pada Rabu, 2 Juli 2019.
Jazilul meyakinkan, setiap calon anggota BPK maju atas dorongan secara personal lantaran memiliki kepabilitas. Kendati begitu, ia tak menampik partai akan menunjukkan dukungan selepas masa uji kepatutan di Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat. Merujuk pada Pasal 23F Undang-undang Dasar 1945, anggota BPK dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah atau DPD.
Komisi XI DPR sebelumnya telah melakukan evaluasi administrasi kepada calon anggota BPK. Evaluasi administrasi diperlukan untuk menentukan sosok calon pengganti anggota BPK yang masa jabatannya berakhir pada Oktober 2019 mendatang. Komisi XI DPR telah menerima 64 pendaftar calon pimpinan di lembaga auditor tersebut.
Dari 64 nama di antaranya, nama Rusdi Kirana tampak menonjol. Ia tersohor sebagai bos perusahaan maskapai berlogo singa terbang, Lion Air Group.
Rusdi Kirana adalah penggagas maskapai berbiaya murah atau low cost carrier airlines di Indonesia. Ia memulai bisnisnya pada 1999 dengan perseroan PT Lion Mentari Airlines atau Lion Air.
Majalah Tempo edisi 2 Maret 2015 menulis, perusahaan milik Rusdi Kirana dan saudaranya memecahkan rekor pemesanan pesawat dengan meneken kontrak pembelian 234 unit Airbus senilai US$ 24 miliar. Rekor ini melampaui catatan yang juga dilakukan Lion Air, yakni ketika mereka menandatangani pembelian 230 Boeing seharga US$ 21,3 miliar di Bali, disaksikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Di bawah naungan Rusdi Kirana, maskapai ini juga pernah menoreh catatan buruk. Berbagai kecelakaan dan insiden yang menimpanya. Ketepatan waktu (on-time performance/OTP) Lion terdata termasuk yang terburuk dibanding para pesaingnya di dalam negeri. Pada 18-21 Februari 2015, saat terjadi kekacauan jadwal penerbangan Lion Air, OTP maskapai ini pernah berada di tingkat paling rendah, yakni 37,6-48,9 persen.
Namun, nama Rusdi Kirana tampak moncer saat Presiden Joko Widodo dan wakilnya, Jusuf Kalla, maju Pemilihan Presiden pada 2014 lalu. Rusdi Kirana kala itu dibetot menjadi tim pengarah kampanye. Majalah Tempo edisi 26 Januari 2015 menulis, pengalaman Rusdi Kirana di bidang industri perhubungan diharapkan dapat membantu Presiden, yang tengah berfokus menata infrastruktur dan sistem transportasi.
Setelah Jokowi dan Jusuf Kalla terpilih, nama Rusdi Kirana sempat disebut-sebut menjadi kandidat menteri. Orang dekat Jokowi kala itu menyampaikan bahwa PKB pada masa pemilihan menteri menyorongkan nama Rusdi Kirana bersama dua politikus lainnya, Marwan Ja’far dan Muhaimin.
Baca: Biaya Parkir Lion Air Rp 6 Miliar, Boeing Didesak Tanggung Jawab
Saat ini, Rusdi Kirana masih menanggung utang kepada keluarga korban kecelakaan Lion Air JT 610 yang jasadnya belum ditemukan. Lion Air saat ini belum mengucurkan santunan dengan total nilai sebesar Rp 1,25 miliar untuk korban kecelakaan yang jasadnya belum ditemukan tersebut.
MAJALAH TEMPO