TEMPO.CO, Bojonegoro - Perum Bulog Sub-Divisi Regional (Divre) III Bojonegoro mengirim seribu ton beras ke Provinsi Jambi menyusul kekeringan yang terjadi di daerah itu. Wakil Kepala Bulog Sub-Divre Bojonegoro Tahori Perben, mengatakan, pengiriman beras ke Jambi tersebut atas instruksi dari Perum Bulog Pusat di Jakarta.
Baca juga: Kritik Impor Beras, Dirjen Pangan Berkukuh Produksi Padi Cukup
"Intinya, mengirim beras ke Jambi karena kekurangan stok di daerah tersebut. Ya, dari Jakarta untuk dikirim ke Jambi,” ujar Tahori kepada Tempo Selasa, 2 Juli 2019.
Tahori menerangkan, Bulog Bojonegoro saat ini punya stok beras yang cukup banyak. Di gudang beras Bulog yang tersebar di Kabupaten Bojonegoro, Tuban dan Lamongan, menyimpan beras sedikitnya 32 ribu ton.
Beras sebanyak itu, kata Tahori, adalah hasil pengadaan tahun 2019, di mana targetnya sebanyak 40 ribu ton dan baru terealisasi sekitar 32 ribu ton. Masih ada sisa 8.000 ton target beras yang belum dibeli. "Mungkin untuk pengadaan akan cepat tercapai,” katanya.
Sebelumnya, Bulog Sub- Divre III Bojonegoro juga telah mengirim beras ke Pulau Madura pada akhir April atau Ramadan 2019 lalu. Jumlah beras yang diminta sebanyak 1.000 ton juga. Pengiriman ini, juga permintaan dari Bulog Pusat karena alasan pemerataan beras karena kemarau.
Selain ke Madura, Bulog Sub-Divre III Bojonegoro juga mengirim beras ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Jumlah pengiriman beras pertama sebanyak 6.000 ton ke sejumlah kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah dikirim awal April 2019 lalu. Menurut Tahori, stok beras di Bojonegoro yang selalu melimpah membuatnya sering ditunjuk untuk mengirimkan beras ke daerah yang sedang kekurangan.
Baca: Beras Bulog Menumpuk, Darmin: Bisa untuk Bantuan Pangan Non Tunai
Saat kemarau seperti sekarang, sawah pertanian di Bojonegoro sebagian masih bisa panen. Terutama di areal pertanian yang berlokasi di pinggir Sungai Bengawan Solo yaitu di 16 kecamatan dari total 28 kecamatan yang petaninya masih tanam padi.
”Air dari sungai membantu mengaliri sawah,” ujar As’ad, petani di Kecamatan Padangan. Dia menyebut, pertengahan bulan Juli ini, saat berbagai daerah sedang kekeringan, sebagian tanaman padi di daerahnya justru mulai panen.
SUJATMIKO (BOJONEGORO)