TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan rencana perseroan untuk mengekspor beras tidak bisa dilanjutkan. Sebab, rencana ekspor tersebut terganjal harga produksi beras yang terlampau mahal.
BACA: Ombudsman Khawatir Bulog Bangkrut, Menteri Darmin: Jangan Pesimistis
"Ekspor tidak bisa lanjut, jujur saja, karena harganya enggak masuk. Di Indonesia produksi beras masih sangat konvensional sedangkan di negara lain seperti Vietnam udah mekanisasi," kata Budi Waseso yang akrab disapa Buwas itu kepada media di Gedung Bulog Corporate University, Jakarta Selatan, Selasa 2 Juli 2019.
Budi menilai rencana ekspor ini muncul setelah dia melihat produksi beras yang melimpah di level petani. Apalagi sebelumnya sering terdengar harga gabah yang murah di domestik. Namun, setelah ditelisik cost produksinya terlalu mahal, sehingga harga tidak bisa kompetitif dengan beras negara lain.
Karena itu, kata Budi, tidak mungkin Bulog menjual rugi beras-beras tersebut. Lebih baik, kata dia, beras tersebut digunakan atau dijual di pasar domestik maupun disimpan sebagai cadangan beras.
Sebelumnya, awal tahun ini Bulog menyatakan bakal melirik pasar ekspor untuk menyalurkan stok beras yang diprediksi berlebih tahun ini. Menurut Buwas, gudang Bulog yang berkapasitas 3,6 juta ton diperkirakan penuh pada musim panen tahun ini. Sedangkan hingga saat ini perseroan masih menyimpan cadangan sebesar 2,1 juta ton.
Dengan target penyerapan yang mencapai 1,8 juta ton, artinya ada kemungkinan kelebihan stok sebesar 300.000 ton. Di sisi lain, serapan dari operasi pasar berjalan stagnan, dan kurang dari target yang ditetapkan yakni 15.000 ton/hari.
Baca: Bulog Ingin Ekspor Beras, Mentan Tunggu Usai Panen Raya
Buwas mengatakan salah satu indikator ekspor akan segera dilakukan ialah ketika gudang perseroan penuh. Menurutnya, bukan hal yang aneh apabila Indonesia yang masih impor beras tiba-tiba melakukan ekspor.
"Petani tidak perlu takut gudang beras penuh dan kami tidak bisa serap. Kami akan tetap serap dan nanti kami kelola dengan ekspor, sebab sudah ada beberapa negara Asean yang sudah kami hubungi dan siap untuk membeli karena butuh," ungkap Dirut Bulog seperti dikutip Bisnis, Senin 21 Januari 2019.
DIAS PRASONGKO | BISNIS