TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia menyoroti kinerja pariwisata bahari, khususnya penyelaman, Indonesia selama kuartal I 2019 melalui laporan triwulan yang dirilis pada hari ini, Senin, 1 Juli 2019. Country Lead Economist Bank Dunia di Indonesia Frederico Gil Sander mengatakan, dari sisi kontribusi, Indonesia menempati posisi terendah dibandingkan dengan enam negara lainnya yang mengandalkan sektor wisata penyelaman.
Baca juga: Proyeksi Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 5,1 Persen
"Spending (belanja) turis asing dan domestik selama liburan wisata bahari di Indonesia terkait terumbu karang sebesar US$ 165 (per orang)," ujar Sander dalam diskusi Indonesia Economic Quarterly di kawasan SCBD Sudirman, Jakarta, Senin, 1 Juli 2019.
Indonesia tercatat kalah dengan Malaysia, Kosta Rika, Fiji, Vietnam, Thailand, dan Maladewa. Maladewa menempati posisi tertinggi dengan pengeluaran turis sebesar US$ 2.523 per orang. Pendapatan dari kedatangan turis asing itu tercatat sebagai kontribusi devisa bagi negara.
Selanjutnya, Thailand menempati posisi kedua dengan jumlah belanja mencapai US$ 2.516. Kemudian, turis yang berlibur di Vietnam umumnya membelanjakan uangnya sebesar US$ 2.258, Fiji US$ 1.645, Costarica US$ 1.596, dan Malaysia US$ 526.
Sander memandang, Indonesia selama ini terlampau agresif untuk meningkatkan jumlah kunjungan turis. Padahal, menurut dia, penerimaan dari sektor wisata malah potensial berkurang bila terjadi over-tourism.
"Jadi fokus ke depan bukan hanya kuantitas turis, tapi juga pengeluaran wisatawan," ujar dia. Sander mengimbuhkan, ketimbang menggenjot jumlah wisatawan, Indonesia sebaiknya membangun kiprah negara yang memiliki aset alam yang indah.
Kementerian Pariwisata hingga 2019 tengah menggeber kunjungan wisatawan asing. Target kementerian tahun ini mendatangkan 20 juta wisman. Adapun tiga pintu gerbang utama turis ialah Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Internasional Ngurah Rai Bali, dan Bandara Internasional Hang Nadim Batam.
Kepala Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti mengatakan masih mengkaji data teranyar Bank Dunia. "Kami elaborasi dulu data dari Bank Dunia tersebut karena berdasarkan hasil Passenger Exit Survey (PES) 2016, pengeluaran rata-rata wisatawan mancanegara per kunjungan dari pintu utama adalah sebesar US$ 1.201,04," ucapnya. Sementara itu, versi Kementerian Pariwisata, biaya belanja turis melalui pos lintas batas berkisar US$ 178,14 hingga 190,88 USD.
Catatan Koreksi: Berita ini telah mengalami perubahan pada hari Kamis, 11 Juli 2019, pukul 12.02.