TEMPO.CO, Bandung - Dampak pengalihan rute penerbangan domestik Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, menuju Bandara Kertajati, Kabupaten Majalengka, dirasakan para pengemudi angkutan taksi di sekitar Bandara Husein Sastranegara.
Baca juga: Grab Sediakan 20 Armada di Bandara Kertajati
Ketua Gabungan Pengemudi Taksi Bandung (GPTB) Asep Afandi mengatakan pasca dipindahkannya rute penerbangan domestik, para pengemudi taksi bernasib nahas lantaran surutnya penumpang yang menggunakan jasa transportasi taksi.
Mulai Senin ini, sebanyak 13 rute domestik di Bandara Husein Sastranegara resmi dialihkan menuju Bandara Kertajati.
Menurut Asep, setiap hari pengemudi mendapat orderan antara 8 sampai dengan 9 kali jalan. Namun, sejak dialihkannya rute domestik ke Bandara Kertajati, para pengemudi itu hanya menggigit jari lantaran tak kunjung mendapat penumpang.
"Ini yang dari pagi aja sampai siang ini belum narik sekalipun, kalau ada yang narik paling cuma satu kali, padahal biasanya sampai siang minimal sudah dapat 3 sampai 4 kali orderan," ucap Asep kepada Tempo di Bandara Husein Sastranegara.
Berbicara dampak, kata dia, tentu tidak hanya dirasakan para pengemudi taksi saja, melainkan sejumlah pemilik kantin hingga pemilik money changer pun merasakan dampak pengalihan rute penerbangan itu.
"Dampak dialihkan rute penerbangan itu banyak sekali bukan hanya untuk pengemudi tapi yang ada hubungannya dengan bandara seperti kantin, rumah makan, dan tempat penukaran uang juga jadi sepi," katanya.
Asep pun berharap agar pemerintah bisa lebih bijak saat menetapkan regulasi terkait pengalihan rute penerbangan. "Ya kalau kayak gini hampir 90 persen emang terasa sekali dampaknya," kata dia.
"Kalau tanggapan supir mah enggak bisa apa-apa udah kebijakan pemerintah mau gimana lagi tapi setidaknya pemerintah juga harus mempertimbangkan kita supir mau gimana. Misalnya rute jangan semuanya dialihkan tapi kan bisa dibagi dua," ujarnya.
Sala satu pengemudi taksi Primkopal, Momo Argo mengatakan belum juga mendapat orderan sejak ia mulai mengoperasikan taksinya dari pagi hingga siang hari. "Biasanya udah dapat 4 tarikan jam segini," katanya.
Momo mengeluhkan ihwal kondisi yang dialaminya. Bagi pengemudi taksi, tentu tidak hanya keuntungan yang dipikirkan, tapi setoran kepada pemilik mobil ataupun perusahaan taksi pun kerap kali menghantui para pengemudi taksi kalau ternyata konsumen sepi.
"Ya jadi suka bingung kalau udah kayak gini, kan kita belum tentu bisa nutupin setoran juga. Per hari saya harus setor Rp 200 ribu, tapi kalau sepi gini gimana," kata dia.
Baca berita Bandara Kertajati lainnya di Tempo..co
AMINUDDIN A.S.