TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat penerbangan dari Indonesia Aviation Center, Arista Atmajati, menyebut perusahaan yang memproduksi pesawat Boeing, yakni Boeing Co, harus segera memberikan kompensasi terhadap Lion Air dan Garuda Indonesia pasca-Boeing 737 Max 8 digarasikan. Pesawat anyar buatan Boeing Co itu dikandangkan lantaran terdapat kesalahan perakitan perangkat lunak hingga menyebabkan kecelakaan maut.
Baca: Lion Air Ancang-ancang Tuntut Boeing, Asal...
“Idealnya, Boeing Co segera memberi uang pengganti atau sejelek-jeleknya diskon untuk order pesawat (Boeing) jenis lain,” kata Arista kala dihubungi Tempo pada Ahad, 30 Juni 2019.
Kemungkinan kedua, ujar dia, semestinya Boeing Co menghentikan biaya cicilan pembayaran armada Boeing 737 Max 8 lantaran pesawat tersebut saat ini mandek operasi. Arista menduga pengadaan armada Boeing 737 Max 8 dibayarkan dalam bentuk termin atau cicilan dengan jangka waktu tertentu.
Garuda Indonesia saat ini tercatat hanya mempunyai satu unit armada Boeing 737 Max 8 yang digarasikan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sedangkan Lion Air tercatat memiliki 10 kali lipat lebih banyak, yaitu mencapai sepuluh armada, yang kini berada di beberapa bandara milik PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II.
Lebih jauh, Arista menyoroti, Boeing Co selama ini lamban menangani kasusnya. Jauh sebelum menyoal kompensasi, perusahaan asal Amerika Serikat itu, ujar dia, telat mengakui bahwa produk armada anyar yang dikeluarkannya cacat.
Produk Boeing737 Max 8 diduga cacat setelah insiden kecelakaan Pesawat Ethiopian Airlines berjenis Boeing 737 MAX 8 terjadi pada Maret lalu. Kecelakaan dengan pesawat jenis serupa sebelumnya menimpa Lion Air pada Oktober 2018.
Pasca-kecelakaan terjadi, otoritas penerbangan America Serikat, FAA, memerintahkan Boeing 737 seri Max digrounded. Arista menaksir, setelah itu, Lion Air dan Garuda Indonesia sebagai operator pesawat terpukul. Perusahaan penerbangan nasional Indonesia ini mengalami kerugian cukup besar.
Kerugian berasal dari potensi pendapatan yang hilang, biaya perawatan yang mesti dikeluarkan berkala, dan biaya parkir pesawat. Ihwal beban parkir, persoalan ini sebelumnya dikeluhkan oleh Lion Air.
Baca: Lion Air Bakal Gandeng GMF dan Michelin Bangun Pabrik Ban Pesawat
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan, selama 100 hari pesawat Boeing 737 Max 8 dikandangkan di Indonesia, beban parkir yang mesti ditanggung adalah Rp 6 juta per hari untuk masing-masing pesawat. Sedangkan secara kumulatif 100 hari per 10 pesawat, ongkos parkir yang mesti dibayarkan ialah Rp 6 miliar.