Pada tahun ini perseroan masih membentuk kemitraan dan mengurus pendanaan pada delapan WKP tersebut. Jika kemitraan sudah terbentuk, pada 2020 akan dilakukan eksplorasi yang bisa memakan waktu hingga dua sampai tiga tahun. Kemungkinan, WKP tersebut baru bisa dioperasikan antara 2024 atau 2025.
Menurutnya, PLN sangat memandang penting pengembangan energi baru terbarukan atau EBT untuk pembangkitan. Selain, ingin memanfaatkan potensi energi panas bumi yang menurutnya cukup berlimpah di Indonesia.
"Masih, kami fokus pada WKP yang ada dulu. Istilahnya bukan ditolak [enam WKP yang ditawarkan] namun belum berminat," katanya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, total sumber daya panas bumi yang dimiliki Indonesia sekitar 25.386,5 Megawatt Electric (MWe), tetapi hanya 1.948 MWe yang diproduksi dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
PLTP yang berproduksi saat ini semuanya bersumber dari sistem panas bumi temperatur tinggi yang sebagian besar berada di Jawa dan Sumatera. Sementara itu, potensi panas bumi temperatur menengah di Indonesia tersebar di 167 lokasi dari total 349 lokasi panas bumi yang teridentifikasi. Lebih rinci, potensi panas bumi temperatur menegah adalah sekitar 46% atau total sumber daya sebesar 8.677 MWe.
Sebagian besar potensi panas bumi temperatur menengah berada di Indonesia bagian Timur, dengan 60% area prospek panas bumi dengan sumber daya panas bumi temperatur menengah berada di daerah Bali, Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara.
Baca berita tentang PLN lainnya di Tempo.co.