TEMPO.CO, Jakarta - Perang dagang Amerika Serikat - Cina terus menekan perekonomian global, termasuk pada pertumbuhan sektor properti di Indonesia. Karena itu, pebisnis properti di Indonesia ikut menunggu-nunggu pertemuan AS-Cina dalam forum KTT G20 yang diharapkan dapat memberikan sentimen positif pada pasar properti.
Baca juga: Menjelang Sidang Putusan MK, Kadin Minta Pendukung Capres Tenang
"Sekarang perekonomian masih dibayangi trade war yang dampaknya besar bagi perekonomian dunia. Itu kelihatannya belum akan mereda. Selain perang dagang, recovery yang masih lambat, pasar diyang negara berkembang masih mengalami pertumbuhan investasi properti yang belum terlalu tinggi," kata Direktur dan Kepala Riset Savills Indonesia Anton Sitorus seperti dilansir Bisnis.com, Jumat 28 Juni 2019.
Anton menilai, KTT G20 yang juga dihadiri Presiden AS dan Cina itu nadanya positif. "Kalau misalnya nanti pembahasan di KTT G20 itu positif, bukan tidak muingkin di semester II/2019 atmosfirnya membaik, bukan makin meruncing dan tentunya akan berpengaruh pada bisnis termasuk sektor properti,” kata dia.
Dia cukup optimistis bahwa ekonomi Indonesia tidak akan lebih buruk dari tahun lalu, terlebih setelah ada pembangunan infrastruktur dan kebijakan ekonomi yang sudah diguyurkan.
Ditambah,jika nanti pengumuman hasil pemilu berjalan sukses, damai, lancar, dan tidak ada lagi demo. “Ini akan jadi salah satu momen yang baik bagi bisnis di Indonesia, termasuk sektor properti,” Anton menambahkan.
Baca: Kepala BKPM: Perang Dagang Belum Pengaruhi Investasi di RI
Akibat kondisi global yang hingga saat ini masih belum tuntas, ditambah dengan masalah Pemilu, dalam jangka pendek membuat pertumbuhan ekonomi tertahan. Savills memproyeksikan pertumbuhan 2019-2020 hanya di 5,2 persen. "Kalau skenarionya [KTT G20 dan politik ekonomi Indonesia] ini berlangsung positif, kami cukup yakin properti bisa rebound cukup kencang di tahun-tahun ke depan," kata Anton.
BISNIS