TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Juda Agung mengatakan BI akan terus mendorong penyaluran kredit perbankan. Hal itu, kata dia, bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga: OJK Revisi Target Pertumbuhan Kredit, Begini Respons Perbankan
Dia optimistis tren penyaluran kredit terhadap produk Indonesia masih dapat terus tumbuh. "Kita dalam tren tumbuh bisa sekitar 3 hingga 4 tahun ke depan sekitar 40 persen hingga 45 persen ini tergantung seberapa cepat pertumbuhan kredit of PDB. Kita akan dorong trennya lebih tajam supaya pembiayaan tumbuh cepat," kata Juda dalam diskusi mengenai kebijakan makroprudensial di Grand Indonesia, Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019.
Saat ini, menurut Juda, rasio kredit terhadap pertumbuhan ekonomi nasional atau PDB masih rendah, jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya.
"Trennya akan bergerak, selalu tumbuh sebenarnya, karena credit of PDB kita rendah 36 persen, sedangkan negara lain 100 persen bahkan Cina mencapai 200 persen," ujarnya.
Adapun sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan menurunkan target pertumbuhan kinerja perbankan tahun ini. Penyaluran kredit perbankan tahun ini diproyeksikan hanya naik di kisaran 9-11 persen dari semula dipatok 10-12 persen. Adapun target penggalangan dana pihak ketiga berupa simpanan juga turun dari 8-10 persen menjadi hanya 7-9 persen.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso memastikan penurunan target ini bukan disebabkan rendahnya permintaan kredit, melainkan dipicu oleh faktor eksternal. “Faktornya beragam, salah satunya karena imbas perang dagang,” kata Wimboh dalam rapat dengan Komisi XI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin 17 Juni 2019.
Secara nilai, pertumbuhan kredit ditargetkan menjadi Rp 538 triliun dari target sebelumnya Rp 559 triliun. Menurut dia, perkembangan perang dagang memberi dampak bagi pertumbuhan kredit.
Kendati begitu, dia optimistis pertumbuhan kredit tahun ini bisa mencapai batas atas dari target yang sudah ditetapkan atau kisaran 11 persen. "Tetapi kalau lihat terakhir harusnya optimistis. Jadi kalau turun itu kena batas atasnya. Ini lebih ke eksternal, bukan karena demand-nya," ujar Wimboh.
Wimboh juga menyampaikan perkiraan pertumbuhan kredit pada 2020. Dia yakin pertumbuhan kredit pada tahun depan berada di kisaran 12 hingga 16 persen.