TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat nilai impor sepanjang Mei 2019 turun 5,62 persen menjadi US$ 14,53 miliar dibandingkan pada bulan sebelumnya. Meski secara total menurun, impor untuk penggunaan barang konsumsi justru naik.
Baca juga: Ekspor Impor Melemah, BI: Ekonomi Kuartal II Cenderung Stagnan
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan impor barang konsumsi tercatat naik 5,62 persen secara bulanan menjadi US$ 1,54 miliar. Impor konsumsi yang melonjak juga didukung adanya momentum lebaran dan Ramadan.
Berdasarkan penggunaan barang untuk konsumsi, bawang putih menjadi barang yang paling banyak diimpor sepanjang bulan Mei. "Impor paling banyak itu, impor sayuran dan akar serta bonggol tertentu yang tetap dapat dimakan atau HS 07, termasuk di sana adalah bawang putih hingga 69,8 persen," kata Suhariyanto saat mengelar konferensi pers di kantornya, Senin 10 Juni 2019.
Suhariyanto menjelaskan impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan domestik. Adapun, impor bawang putih paling banyak didatangkan dari Cina.
Sementara itu, harga bawang putih sebelum Ramadan tercatat sempat melonjak tinggi. Berdasarkan pantauan Tempo, di beberapa pasar di Jakarta, harga bawang putih saat itu bahkan bisa menembus harga Rp 70 ribu hingga Rp 100 ribu.
Dengan kondisi demikian, Kementerian Perdagangan kemudian menerbitkan izin impor untuk bawang putih. Kementerian kemudian memberikan izin lewat penerbitan Surat Persetujuan Impor (SPI) kepada 7 perusahaan sebesar 100 ribu ton.
Bahkan, untuk menambah stok kebutuhan Kementerian Perdagangan kembali menerbitkan SPI untuk 11 perusahaan sebesar 125 ribu ton. "Impor untuk memenuhi kebutuhan lebaran dan Ramadan," kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih di Jakarta, Senin 13 Mei 2019.