TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat posisi neraca perdagangan sepanjang Mei 2019 surplus sebesar US$ 207,6 juta atau dibulatkan menjadi US$ 0,21 miliar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kondisi ini memberikan sinyal yang positif bagi kondisi perekonomian.
Baca juga: IHSG Diprediksi Terkoreksi Hari Ini, Didorong Potensi Defisit Neraca Dagang
"Setidaknya ini masih bagus dibandingkan defisit, meskipun tidak dalam posisi ideal dengan menggenjot ekspor dan mengendalikan impor," kata Suhariyanto saat mengelar jumpa pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Senin 24 Juni 2019.
Menurut catatan BPS, kondisi ini tercatat lebih baik jika dibandingkan pada bulan sebelumnya. BPS mencatat neraca perdagangan berbalik negatif dengan defisit mencapai US$ 2,9 miliar pada April 2019, terbesar sejak Juli 2013.
Suhariyanto melanjutkan, kondisi surplus neraca dagang pada bulan ini terjadi karena masih positifnya neraca non migas yang masih mengalami surplus sebesar US$ 1,18 miliar. Adapun neraca migas masih mengalami defisit sebesar US$ 977,8 juta.
Sementara itu, dari Januari hingga Mei 2019, neraca dagang masih mengalami defisit sebesar US$ 2,14 miliar. Defisit ini disumbangkan dari neraca migas yang masih negatif sebanyak US$ 3,74 miliar. Adapun neraca non migas masih mengalami surplus sebesar US$ 1,6 miliar.
"Defisitnya penyebabnya adalah defisit minyak mentah dan hasil minyak. Jadi bagaimana memperbaiki neraca dagang dengan menggenjot ekspor, diversifikasi pasar dan membuat ekspor kita kompetitif," Suhariyanto.
Baca berita Neraca Perdagangan lainnya di Tempo.co