TEMPO.CO, Jakarta - Isu diskriminasi sawit oleh Uni Eropa yang di antaranya merugikan Indonesia dan Malaysia menjadi salah satu hal yang dibahas dalam KTT ASEAN ke-34 di Bangkok. Para kepala negara dan pemerintahan negara anggota ASEAN memahami isu akses pasar dan perlakuan yang tidak adil terhadap minyak sawit ini.
Baca: Jokowi Bahas CPO Hingga Rakhine State dengan PM Thailand
"Kami menegaskan kembali dukungan bagi upaya negara-negara anggota untuk menangani keberlanjutan minyak sawit, termasuk ikatan berkelanjutan dengan pihak-pihak terkait," demikian pernyataan para pemimpin ASEAN dalam Chairman's Statement of the 34th ASEAN Summit, Ahad 23 Juni 2019.
Sebelumnya, dalam pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-34, kedua pemimpin memberikan perhatian terhadap CPO dan karet.
"Terkait CPO, Indonesia menyatakan apresiasi terhadap dukungan Thailand dalam upaya untuk memerangi diskriminasi di bidang CPO," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang turut dalam pertemuan.
Jakarta juga menghargai dukungan Bangkok bagi karet Indonesia sehingga harga komoditas itu bisa meningkat lagi di pasar internasional. "Karena kita tahu Indonesia, Malaysia, dan Thailand merupakan produsen karet yang terbesar di dunia," sambung Retno.
Indonesia sebelumnya telah memutuskan untuk mengajukan gugatan serius kepada Uni Eropa di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sejumlah firma hukum telah diseleksi untuk mewakili pemerintah Indonesia dalam gugatan yang muncul karena tindakan diskriminatif Uni Eropa terhadap produk minyak kelapa sawit Indonesia.
Simak berita-berita dari
KTT ASEAN ke-34 di Tempo.co
BISNIS