TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) memproyeksikan volume produksi industri sepatu nasional akan tumbuh sekitar 5 persen. Direktur Eksekutif Asprisindo Firman Bakrie mengatakan hal tersebut sejalan dengan survei yang dilakukan asosiasi kepada para anggota mengenai produksi pada kuartal I/2019.
Baca: Menteri Perindustrian Pacu Industri Sepatu
“Untuk domestik memang ada kenaikan. (Pendorongnya adalah) tren positif dari (situasi) politik yang sudah berlangsung secara aman. Kemudian kenaikan gaji pegawai terkait dengan tingkat konsumsi. Itu beberapa indikasi positif untuk konsumsi di dalam negeri,” ujar Firmankepada Bisnis, Kamis 20 Juni 2019.
Firman menambahkan model yang akan mendominasi produksi sepatu pada semester II/2019 adalah jenis sneaker. Hal tersebut, ujarnya, disebabkan oleh masuknya tahun ajaran baru.
Kementerian Perindustrian juga mencatat bahwa sneaker merupakan salah satu jenis sepatu yang banyak diproduksi di dalam negeri. Bagi pasar ekspor, sepatu sneaker berkontribusi sebesar 42 persen dari total volume sepatu yang diekspor.
Sementara itu, sepatu kulit dan sepatu berbahan karet dan plastik masing-masing menopang 39 persen dan 18 persen dari total volume ekspor.
Firman menyatakan sebagian besar produsen sepatu kulit lokal masih bergantung kepada kulit jadi impor. Hal tersebut karena kualitas produk industri penyamakan kulit domestik yang tidak stabil dan kuantitasnya yang rendah. “Pastinya juga harga. Dengan harga yang sama bisa dapat bahan baku impor yang lebih bagus,” ujar dia.
Baca: Trik Membersihkan Sepatu Kets Putih agar Kembali Seper
Menanggapi hal tersebut, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Muhdori menyampaikan volume produksi industri penyamakan kulit lokal masih belum dapat memenuhi konsumsi kulit jadi nasional. Namun, kualitas produksi kulit jadi di dalam negeri sudah berstandar internasional dan banyak digunakan oleh industri sepatu luar negeri.