TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Rainier Daulay mengatakan wacana pemerintah membuka peluang maskapai asing masuk ke Indonesia tercetus sebagai bentuk kekesalan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Jokowi ditengarai kesal karena persoalan melambungnya harga tiket pesawat tak kunjung menemukan titik temu hingga berdampak pada sektor pariwisata.
Baca: Kritik Beleid Investasi dan Ekspor, Jokowi: Sudah 6 Kali Rapat !
“Yang disampaikan Jokowi adalah puncak kekesalan (terhadap harga tiket pesawat) karena beliau menetapkan pariwisata sebagai leading sector,” ucapnya di Hotel Millenium, Jakarta, Rabu, 19 Juni 2019.
Pada Mei lalu, Jokowi membuka wacana hendak mengundang maskapai asing masuk ke Indonesia. Ia berucap, bila maskapai asing bersaing di pasar domestik, kompetisi bisnis penerbangan bakal terbuka. Persaingan pun dinilai semakin sehat hingga memungkinkan terjadinya penurunan harga tiket.
Rainer mengatakan PHRI mendukung penuh niatan Jokowi. Sebab, menurut dia, lonjakan harga tiket pesawat telah melibas bisnis-bisnis hotel, khususnya di luar Jawa.
Berdasarkan data yang ia himpun secara nasional, rata-rata okupansi hotel di Indonesia telah merosot 30 hingga 40 persen. Penurunan tingkat hunian itu terjadi sejak perusahaan maskapai dalam negeri menaikkan harga tiket pesawatnya khusus rute domestik.
Lebih jauh Rainer menjelaskan, dua daerah dengan penurunan okupansi hotel paling tajam ialah Makassar dan Sumatera Barat. Okupansi hotel di Sumatera Barat hanya menyentuh 40 persen, sedangkan Makassar hanya 25 persen saat Lebaran lalu. Padahal, untuk periode liburan, okupansi hotel di kedua daerah itu bisa mencapai 100 persen.
Hotel di daerah yang menjadi tujuan MICE atau lokasi pertemuan untuk urusan rapat perusahaan juga terimbas. Apalagi, ujar dia, belakangan banyak instansi yang membatalkan perjalanan dinasnya lantaran tak mampu menutup biaya pengeluaran untuk tiket penerbangan.
Baca: Jokowi Diminta Meniru Kebijakan Cina untuk UMKM
Rainier melanjutkan, tingginya harga tiket pesawat juga turut mempengaruhi situasi hotel di daerah pariwisata, seperti Bali. Terhitung dalam enam bulan, ia mencatat okupansi hotel di Pulau Dewata melorot 12 persen dari tingkat keterisian sebelumnya. "Meski angka penurunan okupansi tak setajam daerah lain, ini berat untuk Bali,” ujarnya.
Simak berita lainnya terkait Jokowi di Tempo.co.