TEMPO.CO, Jakarta -Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan tensi perang dagang Amerika Serikat dengan Cina telah berdampak sangat luas, karena menunjukkan daya beli seluruh negara telah menurun.
BACA: Saat Sri Mulyani Jawab Tudingan Gerindra Soal Hoaks Perang Dagang
Enggartiasto mengungkapkan, World Trade Organization atau WTO telah memproyeksikan penurunan pertumbuhan dari tahun ke tahun. "WTO sendiri memproyeksikan pertumbuhannya, 2017, empat persen kemudian 2018 3,6 persen dan tahun ini hanya 2,6 persen, hal ini menunjukkan mengenai menurunnya daya beli dari seluruh negara, dan satu sama lain akan kena dampak," kata Enggartiasto seusai Halal Bihalal di kantornya, Jakarta Pusat, 12 Juni 2019.
Enggartiasto mengungkapkan, tidak ada negara yang menyatakan peningkatan ekspor pada saat perang dagang ini.
Dia menjelaskan Perusahaan Teknologi Huawei terkena dampak dari perang dagang AS dan Cina. "Baru terjadi Huawei terkena, tapi di industri komponen yang ada chipsnya yang diproduksi di AS dan Eropa juga tutup huawei juga turun di sini (Indonesia) juga turun," ujar Enggartiasto.
BACA: Kejar Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Patok Inflasi 2-4 Persen
Para pemimpin keuangan dari ekonomi terbesar dunia yang terkumpul dalam G20 di pertemuan di Fukuoka, Jepang, 8 Juni 2019. Mereka juga mengkhawatirkan kian intensnya ketegangan perdagangan dan geopolitik menjadi risiko yang menghambat pertumbuhan global.
Menteri Perdagangan juga menjelaskan, menurunya daya beli karena naik harga barang disebabkan dikenakan tarif tambahan yang tinggi.
"Kalau harga naik, memicu inflasi, dan kalau kita mau belanja dengan harga naik daya beli masyarakat akan terganggu dan pasti ekspor juga akan terganggu," katanya.
Enggartiasto mengatakan sebagai solusi saat ini dengan membuka secara luas pasar baru dan mempercepat seluruh perjanjian perdagangan ke Amerika latin, yang selama ini belum tersentuh.
Baca berita tentang Perang Dagang lainnya di Tempo.co.
EKO WAHYUDI I MARTHA WARTA SILABAN