TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengomentari soal harga tiket pesawat yang dinilai banyak pihak masih tinggi. Menurut dia, memang masih ada berbagai permasalahan yang menyebabkan kenapa harga tiket pesawat tinggi.
BACA: H+5 Lebaran, Jumlah Penumpang Pesawat Merosot 30,9 Persen
“Salah satunya adalah inefisiensi di maskapai nasional, namun sekarang sudah diperbaiki," ujar Luhut dalam keterangan tertulis, Rabu, 12 Juli 2019.
Di samping itu, ia melihat pembelian pesawat oleh maskapai juga kurang tepat. Persoalan itu, kata Luhut, sudah terjadi sejak lama dan sudah mulai diperbaiki. "Kemudian ada lagi harga avtur yang terlampau tinggi."
Ia memastikan, pemerintah tidak berdiam diri dan terus berupaya mencari jalan keluar tanpa harus mengorbankan masyarakat dan juga maskapai penerbangan nasional. “Secara bertahap akan kami perbaiki," ujar Luhut. Ia berujar harga itu juga terpaksa dinaikkan secara gradual, namun tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan tetap mesti disubsidi.
Jadi, tutur Luhut, harga tiket tetap akan disesuaikan, tapi ada rute tertentu yang akan diberikan potongan harga. "Sekarang juga kita ingin ada 2-3 supplier avtur, dan kita prioritaskan dari dalam negeri,” kata Luhut.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik atau BPS menilai andil kenaikan tarif angkutan udara terhadap laju inflasi secara bulanan per Mei 2019 sebesar 0,02 persen masih tinggi. Kenaikan tarif angkutan udara secara tahunan sebesar 0,3 persen juga disebut cukup mengkhawatirkan.
Kepala BPS, Suhariyanto, mengungkapkan, inflasi angkutan udara per Mei 2019 tetap tinggi meskipun pemerintah sudah menurunkan tarif batas atas atau TBA."Sudah diturunkan tetapi menjadi tidak kelihatan."
Dalam lain kesempatan, Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, menilai persoalan konektivitas di Indonesia saat ini bukan hanya perihal mahalnya harga tiket pesawat. Namun juga tingginya biaya logistik yang menyebabkan harga komoditas turut melonjak.
"Infrastruktur sudah mulai dibangun, tapi dibanding negara lain kita punya biaya logistik yang lebih tinggi. Ini persoalan," ujar Ellen dalam diskusi bertajuk Konektivitas Memacu Pertumbuhan Berkualitas di Hotel Morrisey, Jakarta Pusat, Rabu, 12 Juni 2019.
Ellen mencontohkan, wujud nyata mahalnya biaya logistik adalah perbandingan harga jeruk Cina dan Medan di pasar. Lantaran ongkos antar yang tinggi, jeruk asli Medan acap kalah murah dengan jeruk asal Negeri Tirai Bambu.
Baca berita tentang Pesawat lainnya di Tempo.co.
FRANCISCA CHRISTY