TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa 11 Juni 2019 pagi, melemah tipis. Pelemahan Rupiah ini terjadi sehari setelah Badan Pusat Statistik merilis data inflasi Mei yang mencapai 0,68 persen secara bulanan (mom) atau 3,32 persen secara tahunan (yoy).
Baca: Menjelang Libur Lebaran, IHSG dan Rupiah Menguat Tajam
Rupiah pagi ini melemah lima poin menjadi Rp14.254 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.250 per dolar AS. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memperkirakan hari ini rupiah akan menguat di kisaran Rp14.200 sampai Rp14.250 per dolar AS.
Lana juga memprediki bahwa inflasi Mei ini merupakan puncak inflasi dan akan cenderung melambat pada bulan-bulan selanjutnya. Secara kumulatif dari Januari sampai Mei 2019 tercatat inflasi sebesar 1,48 persen (year to date/ytd).
"Kami perkirakan inflasi tahun 2019 masih sangat aman di sekitar 3,19 persen yoy," ujar Lana.
Adapun faktor eksternal, kata Lana, adalah fakta bahwa Presiden AS Donald Trump kembali mengancam Cina dengan kenaikan tarif tambahan yang lebih besar. Ancaman itu akan segera ia realisasikan jika Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping, tidak mau mengikuti pertemuan bilateral dengannya pada KTT G20 di Osaka, Jepang, 28-29 Juni 2019 mendatang.
"Perseteruan dagang AS-Cina ini masih belum ada titik temu pasca-kegagalan perundingan pada akhir April lalu," kata Lana.
Baca: Rupiah Menguat ke 14.402 per USD, BI: Terima Kasih pada Eksportir
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini menunjukkan Rupiah melemah menjadi Rp14.258 per dolar AS dibanding sebelumnya di posisi Rp14.231 per dolar AS.
ANTARA