TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan siap memberlakukan tarif hukuman yang lebih tinggi lagi untuk produk impor dari Cina. Hal ini akan ia lakukan jika tidak dapat membuat kemajuan dalam pembicaraan perdagangan dengan Presiden Cina pada pertemuan puncak KTT G20, akhir bulan ini.
Baca: G20 Ingatkan Risiko Perang Dagang AS-Cina terhadap Pertumbuhan
Sejak perundingan untuk menyelesaikan sengketa perdagangan AS-Cina di Washington berakhir dengan jalan buntu, Trump berulangkali mengatakan ia berharap bertemu dengan Presiden Xi Jinping pada KTT G20 tanggal 28-29 Juni di Osaka, Jepang. Namun, Cina belum mengonfirmasi pertemuan itu.
Trump mengatakan, setelah pertemua KTT G20 ia berancang-ancang untuk mengenakan tarif senilai minimal US$ 300 miliar atas barang-barang impor dari Cina.
Tapi, dia masih berpikir pertemuan dengan Xi akan terjadi di Osaka. Saat ini Amerika Serikat telah mengenakan tarif 25 persen untuk barang Cina, dengan nilai US$ 250 miliar.
“Kami dijadwalkan untuk berbicara dan bertemu. Saya pikir hal-hal menarik akan terjadi. Mari kita lihat apa yang terjadi," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih, Senin 10 Juni 2019 waktu setempat.
Kementerian luar negeri Cina mengatakan pada Senin, bahwa Cina terbuka untuk lebih banyak pembicaraan perdagangan dengan Washington. Akan tetapi, tidak ada yang mengumumkan tentang kemungkinan pertemuan.
Ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat tajam pada Mei setelah pemerintah Trump menuduh Cina telah mengingkari janji untuk membuat perubahan ekonomi struktural selama berbulan-bulan pembicaraan perdagangan. Pada 10 Mei 2019, Trump menaikkan tarif impor dari Cina menjadi 25 persen dan bersiap mengambil langkah untuk memungut bea tambahan senilai US$ 300 miliar. Beijing pun membalas dengan kenaikan tarif pada daftar revisi US$ 60 miliar untuk barang-barang AS.
Baca: Forum G20, Bank Indonesia Minta Perang Dagang Diwaspadai
Pemerintah AS masih membuat marah Cina dengan memasukkan Huawei Technologies Co Ltd ke dalam daftar hitam. AS secara efektif melarang perusahaan-perusahaannya untuk melakukan bisnis dengan Huawei, pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia.
Investor khawatir Cina akan membalas dengan menempatkan perusahaan-perusahaan AS dalam daftar hitam atau melarang ekspor logam-logam tanah jarang ke Amerika Serikat. Produk ini banyak digunakan dalam produk-produk seperti chip memori, baterai isi ulang, dan ponsel.
Simak berita terbaru dari ajang KTT G20 di Tempo.co
ANTARA