TEMPO.CO, Bandung - Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Hery Antasari mengatakan, akan mengikuti perpanjangan pembatasan angkutan barang karena antisipasi masih adanya arus balik.
Baca juga: Arus Balik, Pembatasan Angkutan Barang Diperpanjang Sampai 12 Juni
“Di dalam surat dari Dirjen Perhubungan Darat pada asosiasi angkutan berat dan lain sebagainya itu tidak disebutkan apakah itu berlaku di tol dan non tol, karena non tol jalur selatan saja yang dibatasi. Asumsi kita diperpanjang, ya semua saja yang dibatasi, berarti jalur selatan dan jalan tol,” kata dia di Bandung, Senin, 10 Juni 2019.
Hery mengatakan, usulan pembatasan angkutan barang itu berasal dari Kakorlantas Mabes Polri yang meminta Kementerian Perhubungan melakukan perpanjangan pembatasan angkutan barang. “Kementerian Perhubungan merespons hingga diperpanjang tanggal 12 Juni,” kata dia.
Alasan perpanjangan pembatasan angkutan barang tersebut salah satunya karena khawatir masih ada arus balik. “Pertimbangannya masih ada yang belum mudik, dan untuk kendaraan pribadi harus di push, dihabiskan dalam dua hari ini sampai 100 persen menuju tempat asal,“ kata Hery.
Hery mengklaim, perpanjangan pembatasan itu tidak akan berpengaruh pada distribusi barang. “Saya kira enggak. Sudah dipertimbangkan oleh Pak Dirjen itu tidak akan berpengaruh. Kemarin berjalan dengan lancar karena sopirnya juga pada libur. Sebenarnya tidak ada pembatasan pasti akan ada penurunan perjalanan logistik,” kata dia.
Hery mengatakan, arus balik diperkirakan masih berlangsung. Perkiraannya baru 70-80 persen pemudik yang kembali. Kepolisian yang sedianya mengakhiri masa Operasi Ketupat Lebaran hari ini, Senin, 10 Juni 2019 memperpanjang masa operasi hingga 13 Juni. Sementara Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan menyiagakan posko hingga 13 Juni.
“Volume arus balik khususnya begitu tinggi dalam waktu begitu pendek. Ketika arus mudik ada dua puncak, untuk umum tanggal 30 Mei puncaknya 31 Mei, tapi untuk PNS baru tanggal 1 Juni bisa mudik. Kalau arus balik, sudah tinggal 3 hari, dan semuanya bersamaan,” kata Hery.
Hery mengatakan, kepadatan di Jawa Barat terjadi di jalur selatan. Sebagian pemudik yang kembali lewat jalur selatan sempat dilakukan pencegatan di Ciamis untuk mengalihkan perjalanan kendaraan lewat Panjalu menuju Cirebon untuk masuk tol Cipali. “Kenapa tetap macet, karena volumenya begitu tinggi,” kata dia.
Jalur selatan juga sempat terjadi pencampuran arus kendaraan. Pada hari Lebaran misalnya, kendaraan menumpuk di Nagreg. “Itu ada mix antara mudik masih ada ekornya, balik juga sudah mulai ada, kepalanya sudah kelihatan. Di tengahnya ada yang wisata ziarah, silaturahmi, dan mudik lokal. Mudik lokal dalam provinsi dari Bandung ke Tasik, Garut, Ciamis, dan Sukabumi. Ini bercampur jadi satu. Kalau lihat data tidak didominasi ke arah timur, tapi dua-duanya, timur ada, barat ada,” kata Hery.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kami mengklaim, masa angkutan Lebaran tahun ini termasuk arus balik jauh lebih baik. Angka kecelakaan misalnya menurun. Dari seribu kecelakaan di masa angkutan Lebaran tahun 2018, tahun ini tercatat hanya 400-an jumlah kecelakaan. “Meninggal dunia tahun lalu 227 orang, sekarang kurang lebih sekitar 97orang, sudah jauh berkurang. Luka berat dan luka ringan juga sama kira-kira begitu,” kata dia, Senin, 10 Juni 2019.