TEMPO.CO, Jakarta - Kekhawatiran akan meluasnya perang dagang Amerika Serikat-Cina yang berimbas pada bisnis internasional, industri penerbangan global pun merevisi proyeksi bisnisnya. Maskapai penerbangan global dilaporkan telah memangkas proyeksi laba mereka sebesar 21 persen karena cemas perang dagang akan meluas dan harga minyak semakin tinggi.
BACA: Trump Naikkan Tarif Produk Impor Asal Cina dan Meksiko, Sebab..
The International Air Transport Association (IATA), organisasi yang merepresentasikan sekitar 290 maskapai atau lebih dari 80 persen lalu lintas udara global, mengungkapkan bahwa industri berharap dapat mencetak laba US$ 28 miliar pada 2019. Proyeksi itu sendiri turun 21 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar US$35,5 miliar yang diumumkan pada Desember 2018.
Direktur Jenderal IATA, Alexandre de Juniac ,menuturkan maskapai masih akan mendapatkan keuntungan pada 2019. Akan tetapi, hal tersebut bukan sesuatu yang mudah untuk direalisasikan.
“Agenda politik proteksionis dan isolasionis sedang meningkat,” ujarnya seperti dilansir melalui Reuters, Ahad 2 Juni 2019.
Pada 2018, Alexandre menyebut laba yang yang dikantongi maskapai global mencapai US$ 30 miliar. Namun, pasar kargo udara, yang menjadi sumber pendapatan tambahan operator penerbangan, telah melemah secara substansial.“Anda telah melihat bahwa perdagangan internasional sekarang berada pada tingkat pertumbuhan nol sehingga berdampak langsung kepada bisnis kargo kami,” tutur dia.
Baca: Di Tokyo, Sri Mulyani Singgung Soal Perang Dagang AS - Cina
IATA semula memproyeksikan pertumbuhan kapasitas penumpang mencapai 6,9 persen. Namun kini, angka itu diperkirakan akan melambat memenjadi 4,7 persen. Tren tarif diprediksi datar setelah terjadi penurunan 2,1 persen pada 2018.
Ikuti berita terbaru terkait perang dagang Amerika Serikat-Cina di Tempo.co
BISNIS