TEMPO.CO, Jakarta - Boeing 737 Max kemungkinan tidak akan kembali mengudara hingga akhir tahun ini karena tidak adanya kesepakatan antara Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) dan regulator nasional lainnya.
Baca: Luhut Belum Tahu Boeing Akan Pindahkan Gugatan Lion Air JT 610
"...Akan mengalami sedikit keterlambatan terkait kesepakatan regulator di Kanada, Eropa, dan Cina. Perlu waktu untuk mengembalikan pesawat ini ke udara. Jika Max mengudara menjelang Natal saya akan terkejut," kata Direktur Emirates, Tim Clark, pada pertemuan tahunan IATA di Seoul, seperti dikutip Bloomberg, Ahad 2 Juni 2019.
Jika apa yang disampaikan Clark benar, artinya grounded 737 MAX ini berlangsung lebih lama dari klaim Boeing. Sebelumnya, pihak pabrikan pesawat terbesar asal AS itu optimistis dapat mengudara lagi paling cepat pada Juli 2019.
Emirates yang merupakan maskapai penerbangan jarak jauh terbesar di dunia, tidak mengoperasikan 737 MAX. Namun, Emirates memiliki kemitraan dengan maskapai berbiaya rendah FlyDubai, yang memiliki lebih dari selusin pesawat Boeing 737 MAX dalam armadanya, dan masih ada beberapa unit lagi yang akan dikirim.
"Boeing harus menerima bahwa, kecuali mereka mendapat persetujuan dari semua regulator, terlepas dari seberapa baik atau seberapa baik mereka pikir mereka telah memperbaiki pesawat, Max tidak akan kembali terbang. Mereka justru akan dimusuhi banyak orang jika bersikeras bahwa Max aman untuk terbang," kata Clark.
Baca: Boeing Akui Piranti Lunak Simulator 737 Max Bermasalah
Seperti diketahui, armada Boeing 737 MAX di seluruh dunia telah dilarang terbang sejak bulan Maret, menyusul kecelakaan yang terjadi di Afrika. Kecelakaan kedua ini memicu gelombang perintah larangan terbang yang dimulai di Cina dan berakhir dengan US Airlines yang sekarang menyerukan regulator di seluruh dunia untuk bekerja bersama untuk mengizinkan kembali jet tersebut untuk mengudara.
BISNIS