TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kompak ditutup menguat pada hari ini atau hari ketiga usai unjuk rasa penolakan hasil pemilu oleh pendukung calon presiden Prabowo Subianto yang terjadi pada 22 Mei 2019 lalu.
Baca: Dikerek Saham Perbankan, IHSG Kembali Menguat
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 0,69 persen atau 41,62 poin di level 6.098,97 dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Jumat pekan lalu, IHSG ditutup menguat 0,41 persen atau 24,66 poin di level 6.057,35
Indeks sebelumnya dibuka di zona merah dengan pelemahan 0,94 poin atau 0,01 persen di posisi 6.056,41. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.054,77 – 6.114,53.
Sebanyak enam dari sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin sektor industri dasar yang menguat 2,27 persen, disusul sektor infrastruktur yang naik 1,4 persen. Adapun tiga sektor berakhir melemah, didorong sektor aneka industri yang turun 4,06 persen.
Dari 633 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 235 saham menguat, 178 saham melemah, dan 221 saham stagnan. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masing-masing naik 1,3 persen dan 1,8 persen menjadi pendorong utama berlanjutnya penguatan IHSG.
Nilai tukar rupiah di pasar spot pun ditutup menguat 12 poin atau 0,08 persen ke level Rp14.380 per dolar AS, penguatan hari ketiga berturut-turut. Indeks saham lainnya di Asia bergerak variatif cenderung menguat, di antaranya indeks Topix yang naik 0,38 persen dan indeks Nikkei 225 yang menguat 0,31 persen.
Di Cina, dua indeks saham acuannya Shanghai Composite dan CSI 300, juga berakhir di zona hijau masing-masing dengan kenaikan 1,38 persen dan 1,2 persen. Adapun indeks Hang Seng melemah 0,24 persen.
Baca: Sepekan Terakhir, IHSG Naik 3,5 Persen ke Posisi 6.000an
Dilansir Bloomberg, bursa Asia menguat karena investor mempertimbangkan tiga minggu penurunan global di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan AS-Cina. Investor mencari tanda-tanda stabilisasi setelah friksi perdagangan dan data ekonomi campuran yang menempatkan saham global di jalur untuk penurunan bulanan pertama mereka pada tahun 2019.
BISNIS