TEMPO.CO, Jakarta – Bursa Efek Indonesia atau BEI mencatat transaksi pasar modal pasca - aksi 22 Mei 2019 masih tergolong aman. Kendati sempat direspons negatif oleh pelaku pasar modal hingga mempengaruhi papan perdagangan, kondisi tersebut tak berlangsung lama.
BACA: Aksi 22 Mei, AS Negara Pertama yang Terbitkan Travel Advice
“Kemarin memang ada dampaknya. Namun, masih terkendali. Begitu (situasi) damai, (pasar modal) aman,” ujar Direktur Utama BEI Inarno Djajadi di Gedung Tempo, Jalan Palmerah Barat, Jakarta Selatan, Jumat, 24 Mei 2019.
Inarno mengatakan indeks harga saham gabungan atau IHSG terus terpantau menguat. IHSG tampak menunjukkan pergerakan positif di awal perdagangan pagi tadi. Menurut data yang disadur dari Bloomberg--dikutip dari Bisnis.com, IHSG menguat 0,32 persen atau naik 19,34 level ke 6.052,04 pada pukul 09.30 WIB.
BACA: Pasca Aksi 22 Mei, Rupiah di Pasar Spot Menguat ke 14.460 per USD
Menurut Inarno, faktor internal berupa aksi massa ini belum terlampau mempengaruhi tren saham. Faktor eksternal, misalnya adanya sentimen global karena perang dagang Amerika dan Cina, masih menyumbang kontribusi lebih besar terhadap pergerakan saham.
Dengan kondisi ini, Inarno memastikan iklim investasi masih tumbuh. “RNTH (rata-rata nilai transaksi harian) saja masih Rp 10 triliun. Kalau dilihat dari 2018 masih ada kenaikan,” ucapnya.
IHSG pada Rabu, 23 Mei, seusai aksi 22 Mei digelar ditutup menguat 1,57 persen dari 93,06 poin ke level 6.032,70. Dari 633 saham yang diperdagangkan, sebanyak 159 saham di antaranya menguat. Sedangkan 98 saham terpantau melemah, dan 376 saham lainnya stagnan.
BEI juga mencatat sembilan sektor bergerak di zona hijau pada waktu yang sama. Penguatan itu dipimpin sektor infrastruktur yang menguat 1,39 persen, disusul sektor konsumer yang menguat 0,75 persen. Di sisi lain, empat sektor melemah dan menahan laju penguatan IHSG lebih lanjut, didorong sektor tambang yang melemah 0,75 persen.
Baca berita tentang Aksi 22 Mei lainnya di Tempo.co.