TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pelaku pasar dan investor sudah mengantisipasi dampak dari pengumuman hasil Pemilihan Umum atau Pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum. Sehingga, ia berujar peristiwa itu tidak memberi unsur kejut terhadap perekonomian dalam negeri.
BACA: Di Tokyo, Sri Mulyani Singgung Soal Perang Dagang AS - Cina
"Mengenai kerusuhan di dalam negeri, seluruh investor dan pelaku ekonomi sudah memahami pengumuman KPU dan pelemahan itu, melalui berbagai macam indikator mereka sudah mengantisipasi, jadi tidak ada apa yang disebut element of surprise mengenai hal itu," kata Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis, 23 Mei 2019.
Namun, ia menyayangkan adanya kerusuhan sepanjang hari kemarin. Sebab, ia merasa semua investor dari luar negeri hingga kepala negara sudah percaya kepada penyelenggaraan dan hasil pemilu di Indonesia. Hal itu diwujudkan dengan ucapan selamat yang datang kepada pemenang pemilu, yakni pasangan calon presiden dan wakil presiden inkumben Joko Widodo - Ma'ruf Amin.
BACA: Sri Mulyani Usulkan Defisit APBN Tahun Depan 1,52-1,75 Persen
"Bahwa apabila ada dispute atau ada perbedaan, Undang-undang kita telah memberikan mekanisme," ujar Sri Mulyani. "Tentu harapan masyarakat dalam negeri, pelaku usaha, maupun internasional, Indonesia sebagai pilar demokrasi bisa mengestablish mekanisme kala terjadi perbedaan pandangan melalui mekanisme demokrasi yang sudah disepakati oleh seluruh parpol sendiri."
Sejak Selasa, 21 Mei 2019 hingga pagi hari tadi, massa pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno menggelar aksi menolak hasil perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum yang memenangkan pasangan calon presiden dan wakil presiden inkumben Joko Widodo - Ma'ruf Amin. Demonstrasi itu berujung kericuhan di sejumlah titik di Jakarta. Bahkan ada nyawa melayang akibat kerusuhan itu.
Di samping itu, menurut Sri Mulyani, sentimen yang sangat mempengaruhi kondisi pasar di dalam negeri justru berasal dari luar negeri. Khususnya, dari langkah pemerintah Amerika Serikat yang menghangatkan kembali isu perang dagang dengan Cina.
Pasalnya, dalam beberapa waktu dan pertemuan belakangan, Negeri Abang Sam seakan telah memunculkan angin segar bagi perekonomian global dengan akan adanya persetujuan negosiasi antara AS dan Cina. Alih-alih mereda, tensi perang dagang kembali naik setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan menambah tarif impor untuk barang dari Cina.
"Seluruh market dan policy maker tidak mengantisipasi perubahan yang sangat drastis itu. Jadi saya mengatakan bahwa sinyal itu membuat seluruh pasar saham dan pasar obligasi terpengaruh karena lebih ke element of surprise," kata Sri Mulyani.