TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta meluncurkan tim pemburu uang lusuh di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Rabu 22 Mei 2019. Tim ini menjadi bagian program perburuan uang lusuh bernama Pakabul.
Baca: Penjual Uang Baru Raup Untung Hingga Rp 4 Juta
Pakabul adalah singkatan dari Pasar Kawasan Bebas Uang Lusuh. Tim Pakabul yang terdiri dari petugas berbagai instansi itu berupaya meminimalisir peredaran uang lusuh yang diperkirakan meningkat selama Ramadan dan Lebaran.
Untuk area pasar, sasaran utama tim Pakabul adalah para pedagang yang merupakan kreditur perbankan agar mereka punya stok uang baru. "Di Pasar Beringharjo yang merupakan pasar terbesar di Yogyakarta, peredaran uang lusuh diperkirakan sekitar Rp 300 juta dari total omzet harian yang nilainya sampai miliaran rupiah," kata Hilman Tisnawan, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta di sela peluncuruan program Pakabul di Pasar Beringharjo.
Uang lusuh, menurut dia, selain berpotensi penuh kuman juga membuat proses transaksi tak nyaman. Program perburuan uang lusuh untuk diganti dengan uang baru pun digencarkan, terutama di pasar tradisional.
Hilman menjelaskan program Pakabul sebenarnya sama dengan penukaran uang biasa yang digalakkan perbankan. Bedanya, dalam program ini ada tim gabungan yang dibentuk untuk menjemput bola dengan mendatangi masyarakat yang kedapatan bertransaksi menggunakan uang lusuh.
Seorang pedagang Pasar Beringharjo Yogyakarta menunjukkan uang lusuh untuk ditukarkan kepada petugas bank dengan uang baru. TEMPO | Pribadi Wicaksono
Jika ada orang yang memakai uang kertas lusuh untuk transaksi, maka petugas akan menggantinya dengan uang baru dengan nominal yang sama. "Kami juga bekerja sama dengan pihak pasar untuk menyediakan posko penukaran uang lusuh di area pasar," kata Hilman. Di Pasar Beringharjo misalnya, bisa menukar uang lusuh di kios Segara Amarta.
Deputi Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Yogyakarta, Sri Fitriani mengatakan uang dengan kondisi lusuh tidak enak dipegang juga memiliki banyak kuman yang bisa menimbulkan penyakit. Dengan kondisi seperti ini, Bank Indonesia dalam programnya membuat kebijakan clean money policy atau uang yang beredar di masyarakat adalah uang yang tidak lusuh.
"Jadi, uang yang tidak lusuh itu adalah uang yang bersih, masih jelas angka nominalnya, jelas warnanya," kata Fitriani. Petugas BI, menurut dia, meminta agen-agen bank untuk mengumpulkan uang lusuh dari pedagang. Para pedagang ini dapat menukar uangnya yang lusuh menjadi uang baru di agen bank.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan keberadaan uang bersih di pasar-pasar bisa membuat pengunjung bertransaksi lebih nyaman. "Dengan uang yang tak lusuh, konsumen dapat bertransaksi lebih nyaman dan membuka peluang peningkatan transaksi," ujarnya.
Heroe mengatakan salah satu sektor penting pendukung pariwisata adalah adanya aktivitas transaksi di sejumlah objek, seperti Pasar Beringharjo yang merupakan pusat batik. "Program Pakabul ini juga untuk menguatkan sektor wisata di Yogyakarta," ujarnya.
Baca juga: Uang Baru Lebaran untuk Jabodetabek Dijatah Rp 51,5 Triliun