TEMPO.CO, Jakarta - Pelemahan indeks harga saham gabungan atau IHSG yang terjadi pada bulan ini dinilai seharusnya bisa menjadi momentum bagi asuransi jiwa untuk meningkatkan alokasi investasi di instrumen saham.
Baca: Terimbas Aksi 22 Mei, IHSG Ditutup di Zona Merah
Meski sempat rebound pada awal pekan ini, IHSG pada akhir perdagangan pekan lalu terkoreksi 1,17 persen ke level 5.826. Level tersebut merupakan terendah sejak November 2018. Secara year to date, IHSG melemah 5,93 persen.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menilai bahwa para pelaku industri seharusnya memanfaatkan momentum pelemahan IHSG, khususnya pada pekan lalu. Pasalnya, sejumlah harga saham mengalami penurunan yang signifikan sehingga laik untuk dikoleksi untuk jangka panjang.
“Seharusnya pada minggu lalu belanja (saham), karena harga murah,” ujar Togar, Rabu, 22 Mei 2019.
Dengan langkah tersebut, kata Togar, industri asuransi jiwa bisa mendapat peluang besar untuk menikmati imbal hasil investasi dalam jangka panjang. Hal ini didasari pada keyakinannya bahwa IHSG dapat berangsur-angsur meningkat kembali pascapengumuman pemilu.
Secara periodik, menurut Togar, IHSG di penghujung semester pertama setiap tahun juga mengalami penurunan. Dengan begitu, menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan alokasi investasi ke instrumen saham.
Kendati begitu, Togar mengingatkan bahwa pelaku asuransi jiwa harus tetap jeli melihat fundamental emiten-emiten agar tidak salah langkah. Saham-saham blue chips atau unggulan dinilai tetap menjadi pilihan utama.
“Dengan begitu, kami berharap hasil investasi asuransi jiwa bisa baik pada tahun ini. Apalagi kalau dengar analisis tentang proyeksi IHSG yang bisa mencapai 7.000 dan ada optimisme yang sangat bagus,” ujar Togar.
Hal senada disampaikan Direktur PT Capital Life Indonesia Robin Winata. Ia menilai bahwa kondisi yang ada memberikan peluang bagi asuransi untuk mengalokasikan investasi ke pasar modal.
Saat ini, dinamika yang terjadi di pasar modal terbilang normal. Di satu sisi, perang dagang di tingkat global membuat pasar lebih dinamis. Namun, di sisi lain, fundamental Indonesia yang diyakini kuat juga memberikan jaminan rasa aman kepada pemilik dana. "Capital Life masih melihat ini adalah kesempatan untuk penempatan investasi,” kata Robin.
Robin menilai tidak hanya bagi pengelolaan investasi, kondisi ini juga berdampak positif bagi pemasaran produk asuransi jiwa, khususnya unit-linked. Bagi masyarakat, momentum itu juga menjadi saat yang tepat untuk mendiversifikasikan pilihan produk asuransi yang berbalut investasi.
Kinerja IHSG memang menjadi salah satu tolok ukur utama pengelolaan investasi sektor asuransi jiwa dan dana pensiun. Pasalnya, porsi investasi asuransi jiwa di pasar modal terbilang dominan.
Baca: IHSG Rontok Pasca Rusuh 22 Mei, Analis:Kecemasan Akan Berlalu
Data Otoritas Jasa Keuangan per Maret 2019 menunjukkan dari total investasi asuransi jiwa, yang tercatat senilai Rp 474,04 triliun, sekitar 30,5 persen dialokasikan ke instrumen saham atau mencapai Rp 144,57 triliun. Di samping itu, portofolio investasi sektor jasa jasa keuangan ini juga didominasi oleh reksa dana dengan total alokasi senilai Rp 171,79 triliun atau sekitar 36,24 persen dari total investasi.
BISNIS