TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Mei ini menilai stabilitas sektor jasa keuangan dalam kondisi terjaga, dengan kinerja intermediasi sektor jasa keuangan yang positif. Kondisi sektor jasa keuangan cukup stabil dengan profil risiko yang manageable.
BACA: Pinjaman Online Berizin dan Terdaftar di OJK Bertambah
Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis OJK, Anto Prabowo mengatakan, pertumbuhan ekonomi advanced economies (AE) di kuartal 2019 yang berada di atas ekspektasi, memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan global di April 2019. Namun, peningkatan tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, menyebabkan naiknya tekanan di pasar keuangan global sejak awal Mei 2019
"Kondisi ini mengakibatkan risk-off investor di pasar keuangan emerging markets (EM), termasuk Indonesia," kata Anto dalam keterangan tertulis, Rabu, 22 Mei 2019.
Lembaga jasa keuangan sampai April juga mampu menjaga profil risiko pada level yang manageable. Risiko kredit perbankan berada pada level yang rendah, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan sebesar 2,57 persen atau NPL net 1,15 persen. Sementara itu, rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan stabil pada level 2,76 persen (gross) dan 0,61 persen (nett).
Sementara itu, kata Anto, rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 dan kinerja eksternal Indonesia di awal Mei 2019 belum memberikan sentimen positif terhadap pasar keuangan domestik.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, IHSG meningkat sebesar 4,21 persen sepanjang Januari sampai dengan April 2019. Peningkatan itu, seiring dengan net buy investor nonresiden total di seluruh pasar tercatat sebesar Rp 65,24 triliun (net buy di pasar reguler sebesar Rp 6,62 triliun), net buy di pasar nego (over the counter) dan tunai sebesar Rp 58,62 triliun).
Penguatan juga terjadi di pasar Surat Berharga Negara atau SBN, tercermin dari net buy di pasar SBN oleh investor nonresiden sebesar Rp 67,1 triliun ytm dan turunnya rata-rata yield SBN sebesar 26,54 bps ytm.
Namun demikian, kata Anto, sejalan dengan naiknya ketidakpastian di pasar global, pasar keuangan melemah di Mei 2019. Investor nonresiden membukukan net sell sebesar Rp 7,83 triliun mtd hingga 17 Mei 2019, yang mempengaruhi penurunan IHSG sebesar 9,7 persen mtd. Di periode yang sama, investor nonresiden juga mencatatkan net sell di pasar SBN sebesar Rp 5,9 triliun dan yield SBN meningkat sebesar 24,2 bps mtd.
Dia juga mengatakan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan masih positif di bulan April 2019. Kredit perbankan tumbuh sebesar 11,05 yoy, didorong oleh pertumbuhan kredit investasi yang mencapai level tertingginya dalam tiga tahun terakhir. Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga atau DPK perbankan tumbuh sebesar 6,63 persen yoy, didorong oleh pertumbuhan deposito sebesar 7,21 persen yoy.
Sementara itu, sepanjang Januari - April 2019, asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi berhasil menghimpun premi masing-masing sebesar Rp 58,8 triliun dan Rp 34,2 triliun.
BACA : AFPI: Fintech Tak Bakal Mendisrupsi Bank
Anto juga mengatakan permodalan lembaga jasa keuangan terjaga stabil pada level yang tinggi. Capital Adequacy Ratio perbankan sebesar 23,47 persen. Sejalan dengan itu, Risk-Based Capital industri asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 310 persen dan 437 persen, jauh di atas ambang batas ketentuan.
Di tengah masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, menurut dia, OJK secara konsisten terus memantau perkembangan terkini perekonomian dan pasar keuangan global, serta kemungkinan dampaknya terhadap kinerja sektor jasa keuangan domestik. "OJK juga akan senantiasa mendorong penguatan lembaga jasa keuangan guna menjaga stabilitas di sektor jasa keuangan," ujarnya.