Menurut Airlangga, substitusi impor merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menekan defisit neraca perdagangan. Adapun negara tujuan ekspor produk nonmigas Indonesia yang terbesar pada April 2019, yakni ke Cina yang mencapai US$ 2,04 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,38 miliar dan Jepang US$ 1,05 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 37,65 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$ 1,16 miliar.
“Kami juga memacu perusahaan swasta untuk berinvestasi di luar negeri supaya mendapatkan akses kemudahan ekspor di tengah ketidakpastian perdagangan global saat ini. Salah satu komoditas yang didorong untuk ekspor adalah besi dan baja,” kata Airlangga.
Ia menjelaskan, penurunan ekspor nasional saat ini karena permintaan pasar dunia yang juga turun dari imbas perang dagang. Contohnya, produk besi dan baja Indonesia dalam bentuk lembaran yang terkena bea masuk cukup tinggi ke Amerika Serikat dan Cina
“Besarnya impor bahan baku dan penolong serta barang modal, itu guna meningkatkan produksi di dalam negeri sehingga nantinya ekspor bisa ikut naik. Tentunya kita akan lihat ekspor pada bulan-bulan depan," ujar Airlangga.