TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan upah pekerja yang menjadi yang turut menopang pertumbuhan ekonomi Jawa Barat belakangan ini ternyata disikapi sebaliknya oleh industri tekstil dan garmen. Sejumlah investor pun memilih hengkang ke daerah lain yang ongkos produksinya lebih murah.
Baca: Asosiasi Usulkan Pembuatan Peta Jalan Industri Tekstil
Berdasarkan data Apindo dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada periode 2015-2018, terdapat 21 perusahaan yang melakukan relokasi ke provinsi lain yang upah pekerjanya lebih rendah, seperti Jawa Tengah. Sementara itu 143 perusahaan lainnya memilih tutup. Dari 21 perusahaan yang melakukan relokasi, jenis industri utamanya adalah garmen (48 persen) dan tekstil (14 persen).
Relokasi yang dilakukan perusahaan tekstil dan garmen terbanyak berasal dari Kabupaten Karawang. Adapun Upah Minimum Kabupaten (UMK) 2019 di Karawang tercatat mencapai Rp 4,23juta, atau tertinggi di Jabar.
"Selain faktor upah, juga ada persoalan persaingan di pasar global. Negara seperti Cina dan Vietnam menjadi tujuan mereka," kataKepala Grup Advisory & Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Pribadi Santoso, dalam diskusi dengan media di Bandung, Sabtu 18 Mei 2019.
Dia mencontohkan ada satu perusahaan yang memilih hengkang dari Jawa Barat untuk pindah ke Vietnam karena ongkos upah pekerja yang lebih murah dan memiliki produktivitas 48 jam kerja sepekan, atau di atas rata-rata Indonesia yang 40 jam kerja.
Baca juga: Mendag: Pertumbuhan Industri Tekstil Indonesia Luar Biasa
Namun, Pribadi optimistis pemerintah daerah Jabar telah menyiapkan sejumlah kebijakan untuk menyelesaikan persoalan UMK dan kinerja manufaktur yang melemah tersebut.