TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan akan menghentikan sementara operasional kapal-kapal berdaya angkut kurang dari 5.000 gross tonnage atau 5.000 GT di penyeberangan Merak-Bakauheni selama mudik Lebaran. Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi mengatakan kebijakan tersebut dilakukan untuk memperlancar laju lalu-lintas penyeberangan di Selat Sunda.
Baca juga: MRT Bolehkan Makan-Minum Hanya untuk Membatalkan Puasa Ramadan
"Yang akan kami operasikan adalah kapal yang kapasitasnya di atas 5000 GT," ujar Budi Setiyadi saat dihubungi pada Jumat, 17 Mei 2019.
Budi Setiyadi mengatakan, kapal berdaya angkut di bawah 5.000 GT sementara dilarang mengangkut penumpang karena waktu bongkar muatnya lebih lama ketimbang kapal besar. Selain itu, waktu sailing atau berlayarnya juga lebih lemban ketimbang kapal di atas 5.000 GT.
Meski dilabuhkan hingga masa Lebaran kelar, Budi Setiyadi berujar tetap menyiagakan kapal-kapal tersebut sebagai armada cadangan. Kapal itu sewaktu-waktu akan dimanfaatkan untuk kondisi-kondisi khusus.
Sebagai gantinya, Kementerian Perhubungan memastikan telah menyiapkan sekitar 70 kapal di atas 5.000 GT atau Kapal Roro yang akan mengangkut penumpang di jalur penyeberangan Merak-Bakauheni. Seluruh kapal ini bakal berjaga di enam dermaga yang akan dibuka selama mudik Lebaran berlangsung. "Eksisting ada enam dermaga di Merak dan Bakauheni," ucap Budi Setiyadi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan memperkirakan jumlah pemudik pada 2019 dari Jabodetabek mencapai 14,9 juta jiwa. Sebagian pemudik akan melakoni perjalanan via penyeberangan. Budi Setiyadi mencatat, pihaknya telah menyediakan 221 kapal Roro di seluruh tirik penyeberangan untuk mengangkut penumpang.
Selain di Merak-Bakauheni, angkutan penyeberangan untuk mudik 2019 disiapkan di daerah lain. Misalnya, di Danau Toba dan Ketapang-Gilimanuk.