TEMPO.CO, Kendari - Harga tiket pesawat untuk penerbangan domestik yang dianggap mahal sejak awal Januari 2019 membuat jumlah penumpang menurun.
BACA: Menhub Blak-blakan Soal Alasan Tak Mungkin Hapus Tarif Batas Tiket Pesawat
General Manager (GM) Lion Air Kendari Hendra DJ mengatakan, penurunan penumpang untuk Lion Air sudah terjadi sekitar tiga bulan. Hendra mencontohkan, banyak calon penumpang yang membatalkan jadwal penerbangan pagi pesawat JT 991 tujuan Makassar, Sulawesi Selatan.
“Jadi kita sistemnya buka tutup saja. Ada penumpang, kita layani. Kalau tidak ada yang pasti jadwal penerbangan di-cancel, baik itu dari dan keluar Kendari,” ungkap Hendra, Senin, 13 Mei 2019.
Hendra mengatakan untuk awal Ramadan ini penumpang juga cenderung kurang. Padahal tahun sebelumnya, di awal Ramadan penumpang cukup padat dan tidak ada jadwal penerbangan yang dibatalkan.
Kenaikan harga tiket dari Kendari- Makassar yang biasanya sekitar Rp 300 ribu- Rp 400 ribu, sekarang berada di angka Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu.
Hendra menyebutkan, Lion Air tidak pernah menjual harga tiket lebih dari ambang batas bawah dan atas berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Sehingga, harga tiket yang dijual itu masih mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah. Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 72 tahun 2019 berlaku tanggal 1 April 2019 harga batas bawah Kendari-Makassar Rp 300 ribu dan batas atas Rp 856 ribu. Harga ini berlaku untuk semua maskapai penerbangan.
Melihat kondisi tersebut, Hendar tidak dapat memprediksi seperti apa situasi arus mudik lebaran tahun ini. “Saya tidak dapat memprediksi apa akan terjadi kenaikan dengan melihat kondisi saat ini, tapi kami tetap berusaha maksimal memberikan pelayanan kepada masyarakat. Meskipun sebenarnya kalau dipaksakan kita terbang rugi,” katanya.
Untuk itu dia berharap pemerintah bisa secepatnya mengatasi kenaikan harga tiket ini.
Hendra pun menyebutkan, naiknya harga tiket pesawat salah satu penyebabnya karena adanya kenaikan dollar terhadap rupiah.