TEMPO.CO, Jakarta - Bandar Udara Internasional Yogyakarta atau BIY telah sepekan beroperasi. Direktorat Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan mencatat, baru dua maskapai penerbangan yang saat ini mendaftarkan rute ke bandara yang berlokasi di Kulon Progo tersebut.
BACA: Rayu Maskapai, BIY Gratiskan Sejumlah Komponen Biaya Penerbangan
"Baru Batik Air dan Citilink yang sudah (mendaftarkan rute)," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nur Isnin Istiartono dalam wawancara bersama Tempo di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis petang lalu, 9 Mei 2019.
Menurut Isnin, ada sejumlah pertimbangan dari maskapai untuk membuka penerbangan ke BIY. Maskapai penerbangan AirAsia, misalnya. Maskapai asal Malaysia itu harus mengatur ulang rotasi pesawat untuk membuka rute baru. Contohnya, bila selama ini perjalanan yang berlaku adalah Jakarta-Makassar-Makassar-Singapura, AirAsia mesti mencari celah rute untuk mendaratkan pesawatnya di BIY.
BACA: Resmi Beroperasi, Ini Jadwal KA Bandara Internasional Yogyakarta
"Nah, rotasi ini yang membikin AirAsia masih bingung," ucapnya. Untuk mendaftarkan rutenya ke BIY, AirAsia memerlukan proses.
Meski sejumlah maskapai belum mendaftarkan rute ke BIY, Isnin yakin nasib bandara anyar itu tak seperti bandara-bandara lowong lainnya. Sebab, saat ini, slot penerbangan di Bandara Adi Sutjipto telah penuh. Karena itu, mau tidak mau, perlahan-lahan sejumlah penerbangan dari Adi Sutjipto akan dialihkan ke BIY.
"Apalagi, selama ini Adi Sutjipto merupakan bandara untuk landasan TNI Angkatan Udara. Kalau TNI butuh frekuensi penerbangan, frekuensi maskapai komersial akan dipotong," ucapnya.
BIY sebelumnya telah beroperasi pada 6 Mei 2019. Bandara ini memiliki panjang landasan mencapai 3.250 meter dengan daya dukung Pavement Classification Number atau PCN 107. Dengan demikian, BIY mampu menampung pesawat besar, seperti Airbus 380 dan Boeing 777.