TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menyatakan tidak ikut-ikutan menaikkan suku bunga deposito seperti yang dilakukan banyak bank lainnya pada awal tahun ini. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, menyebutkan pihaknya juga tidak memasang suku bunga deposito special rate seperti yang dilakukan oleh bank-bank besar dari kelompok Bank Umum Kelompok Usaha atau BUKU III dan IV.
Baca: BCA dan Bank MNC Tak Ikut Naikkan Bunga Deposito, Ini Sebabnya
“Tidak ada (kenaikan bunga deposito) selama kuartal I dan BCA tidak punya special rate, hanya counter rate,” kata Jahja, Selasa, 7 Mei 2019. Situs resmi perseroan menyebutkan tingkat suku bunga deposito yang ditawarkan BCA saat ini bervariasi mulai dari 5,75 persen - 6,25 persen.
Jahja menyatakan sampai saat ini BCA belum ikut dalam perang suku bunga deposito. Pasalnya bank swasta beraset terbesar itu masih memiliki dukungan likuiditas yang cukup untuk ekspansi bisnis terutama dengan porsi dana murah (CASA) yang tinggi.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja, perseroan juga tidak memasang suku bunga deposito special rate seperti yang dilakukan oleh bank-bank besar dari kelompok BUKU III dan IV.
Sebelumnya diberitakan sejumlah bank sudah menentukan suku bunga deposito spesial seperti Bank Tabungan Negara atau BTN, Bank Mandiri dan Bank Mayapada. Direktur Keuangan dan Treasuri BTN Iman Nugroho Soeko menuturkan, suku bunga deposito spesial yang diberikan masih sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“BTN untuk special rate ikut guidance-nya OJK untuk bank BUKU III yaitu BI Rate 12 bulan plus 100 bps,” kata Iman, Selasa, 7 Mei 2019. Kebijakan OJK mengatur suku bunga special bank umum kegiatan usaha (BUKU) III dan IV masing-masing sebesar 100 basis points (bps) dan 75 bps di atas BI Rate. Adapun, suku bunga operasi moneter tenor 12 bulan BI saat ini sebesar 6,77 persen per 6 Mei 2019.
Iman memperkirakan perang suku bunga tersebut masih akan berlanjut sejalan dengan belum tampaknya tanda-tanda pelonggaran likuiditas di pasar. “Kalau bank besar sampai menaikkan suku bunga DPK, kemungkinan besar ketatnya likuiditas akan berlanjut,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan menuturkan, Bank Mandiri tidak menggunakan strategi bunga special deposito pada tahun lalu. Akan tetapi pada tahun ini, upaya tersebut tidak dapat dihindarkan.
Penaikan bunga deposito tersebut mau tak mau dilakukan karena mengikuti perkembangan di pasar, kendati efeknya membuat biaya dana jadi terkerek. “Kami ikut suku bunga pasar saja,” kata Panji. Ia menyebutkan hampir semua bank mengalami kenaikan biaya dana akibat naiknya suku bunga dan persaingan perebutan dana sejak tahun lalu.
Adapun Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahrijadi mengatakan terpaksa menawarkan special rate untuk bersaing menyerap dana deposito. Saat ini, perusahaan mematok special rate sekitar 50 bps dari suku bunga acuan.
Kondisi tersebut akan dipertahankan sepanjang likuiditas dianggap masih belum memenuhi kebutuhan. "Kalau likuiditas cukup, menurut saya kondisi suku bunga pun akan normal-normal saja,” ujarnya.
Terkait perang suku bunga deposito itu, Sekretaris Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Samsu Adi Nugroho mengatakan pergerakan suku bunga deposito spesial yang diberikan oleh perbankan masih bergerak di level yang wajar. Hingga Jumat pekan lalu, 3 Mei 2019, rata-rata level spesial rate yang diberikan bank antara 7,26-7,39 persen. Secara umum, ada penurunan sekitar 8 basis poin (bps) dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2018.
Baca: Pasar Saham Semakin Bergejolak, Deposito Dinilai Semakin Diminati
“Yang sedikit berbeda saat ini adalah rentang suku bunga yang diberikan antar kelompok buku bank lebih sempit, atau dengan kata lain suku bunga BUKU I dan II dan seterusnya relatif sama,” kata Samsu.
BISNIS