TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Institute, Sukarela Batunanggar memaparkan persoalan yang dihadapi perbankan bila tidak segera melakukan perubahan dalam menghadapi era disrupsi teknologi.
Baca: Era Disrupsi Teknologi, OJK Sebut Ada 5 Skenario Nasib Perbankan
"Cepat atau lambat kalau bank tidak melakukan perubahan maka bisa terdampak. Secara global hampir 60 persen nanti portopolio perbankan at risk, artinya berpotensi menurun kalau tidak melakukan perubahan secara konsisten," ujar Sukarela di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2019.
Sukarela mengatakan, perusahaan perbankan sejatinya sudah ada yang memulai transformasi itu dengan mengubah model bisnis, serta mengadopsi strategi pengembangan platform. Sehingga, mereka bisa memberikan penawaran kepada nasabah melalui platform digital, seperti perbankan swasta besar dan menengah.
Sebelumnya OJK Institute menyatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir layanan tatap muka perbankan mulai ditinggalkan. Hal tersebut berdampak kepada merosotnya jumlah kantor cabang perbankan. Selain berkembangnya layanan digital, perbankan juga mesti bersaing dengan perusahaan teknologi finansial (fintech).
"Sebenarnya dampak terhadap cabang itu natural, dengan transaksi digital proses bisnis digital bisa meningkatkan efisiensi," ujar Sukarela. Dengan layanan digital, ia mengatakan perbankan menjadi lebih efisien, pelanggan lebih nyaman, dan biaya operasi lebih murah.
Namun, Sukarela mengingatkan agar pengurangan tenaga kerja dan kantor cabang diimbangi dengan transformasi digital. Sehingga, volume transaksi, aset, hingga laba tidak turun. Di samping itu, Sukarela mengatakan Indonesia sebenarnya masih memiliki banyak masyarakat yang unbankable.
Baca: Rabobank Hengkang dari Indonesia, OJK Ingatkan Kepentingan Nasabah
"Itu harus disasar, baik perbankan maupun fintech. Sekarang tinggal mengubah strategi atau business model, dengan cara bekerja lebih efektif," ujar Sukarela.
Ihwal perlu tidaknya konsolidasi perbankan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas tersebut, Sukarela berujar itu sangat bergantung kepada pasar alias market driven. "Itu menjadi salah satu model, pilihan," ujar dia. Pilihan lainnya, perbankan bisa melakukan downsizing, melakukan akuisisi, atau kolaborasi.