TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS meminta pemerintah segera mengantisipasi adanya potensi penumpukan inflasi yang mungkin terjadi pada bulan Mei. Inflasi karena Ramadan diperkirakan bakal terpusat pada bulan ini lantaran Hari Raya Idul Fitri jatuh pada awal bulan Juni.
Baca: Harga Tiket Pesawat dan Bawang Picu Inflasi April 0,44 Persen
“Kalau tahun lalu, Ramadan di pertengahan bulan, jadi inflasi menyebar di dua bulan. Beda dengan tahun ini,” ujar Kepala BPS Suharyanto saat ditemui di kantornya, Pasar Baru, Jakarta Pusat, Rabu, 2 Mei 2019.
Dari data tahun-tahun sebelumnya, Suharyanto mengatakan tingkat inflasi pada bulan Ramadan lazimnya memang lebih tinggi ketimbang bulan-bulan lain. Sebab, saat menjelang Hari Raya Idul Fitri, permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pangan, sandang, dan hal-hal lainnya meningkat tajam.
Imbas inflasi tahun ini pun sebenarnya bakal serupa dengan periode yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, lantaran inflasi diperkirakan menumpuk di satu bulan yang sama, Suharyanto menduga kondisi ini akan memberi dampak lebih pada psikologi pasar.
Adapun pada tahun lalu, BPS mencatat inflasi saat Ramadan, yakni pada bulan Juni, sebesar 0,59 persen. Angka itu jauh lebih rendah ketimbang periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 0,69 persen. Suharyanto mengatakan saat itu pemerintah berhasil menjaga pasokan dan distribusi sehingga harga sejumlah kebutuhan tetap terjaga.
Baca: Survei BI: Harga Bawang Kerek Inflasi April 0,25 Persen
Menjelang masa Ramadan 2019 ini, menurut Suharyanto, pemerintah masih memiliki kesempatan untuk memastikan pasokan bahan kebutuhan aman. “Bawang merah, bawang putih, kalau bisa (pasokannya) cepat datang akan menurunkan harga,” ujarnya. Selain itu, ia meminta pemerintah memberi perhatian lebih pada harga tiket pesawat yang turut menjadi salah satu komponen penyumbang inflasi yang tinggi dari sektor transportasi.