TEMPO.CO, Jakarta - Di era disrupsi teknologi informasi saat ini, Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan setidaknya ada lima skenario nasib perbankan. Hal tersebut berdasarkan kepada penelitian Bank of International Settlements. "Ada lima skenario ke depan, tergantung mana yang akan dilakukan," ujar Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Nurhaida di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis, 2 Mei 2019.
Baca: Jumlah Karyawan Perbankan Terus Merosot
Skenario pertama, kemungkinan perbankan bisa menjadi lebih baik dengan adanya kemajuan teknologi informasi. Syaratnya, perbankan bisa menyesuaikan diri dan melakukan transformasi. Sehingga, mereka bisa menarik lebih banyak nasabah dengan adanya layanan digital.
Kedua, bank-bank saat ini tidak bisa menyesuaikan diri dan ketinggalan. Namun, di saat yang sama juga akan muncul perusahaan perbankan anyar yang proses bisnisnya sudah mengadopsi teknologi digital dan banyak dipakai nasabah.
Ketiga, adalah skenario di mana bank konvensional tetap melakukan kegiatan yang bersifat umum dan terus menjaga hubungan dengan nasabah. Namun, akan ada layanan kuhus yang akan diberikan oleh perusahaan berbasis digital.
Keempat, perusahaan perbankan akan terdegradasi. Selanjutnya, mereka hanya akan melakukan kegiatan umum. Sementara hubungan dan pembinaan lebih jauh dengan nasabah akan dilakukan oleh perusahaan yang lebih digital.
Skenario terakhir adalah perbankan tidak lagi berperan sebagai intermediator karena masyarakat pengguna sektor jasa keuangan bisa langsung mandiri berhubungan dengan perusahan yang sudah terdigitalisasi. "Kelihatannya skenario kelima tidak akan terjadi," ujar Nurhaida.
Nurhaida berharap ke depannya peran perbankan dan perusahaan teknologi finansial bisa berkolaborasi. Sehingga, ia menduga skenario ketiga akan lebih mungkin terjadi, yakni perbankan dan layanan keuangan digital akan berbagi peran dan berkolaborasi.
"Karena perbankan itu tetap akan melakukan perannya tapi dengan transformasi-transformasi. Sementara peran perusahaan teknologi itu akan bisa digunakan secara bersama oleh perbankan," ujar Nurhaida.
Disamping itu, Nurhaida mengatakan berdasarkan riset, digitalisasi bisa membuat perbankan mengefisiensikan biaya hingga 20-30 persen. Itu juga sejalan dengan tuntutan masyarakat akan digitalisasi. Sebab masyarakat cenderung tidak sabar dengan pelayanan yang lama, serta menuntut layanan yang cepat dan murah.
Baca: Tiga Tahun Terakhir, Bank Danamon Paling Banyak Kurangi Karyawan
"Pada 2020 nanti sekitar 80 persen dari kegiatan di pasar didominasi smartphone, ke arah di mana banyak penggunaan teknologi maju, sehingga bank konvensional harus menyesuaikan," ujarnya.
Simak berita terkait disrupsi teknologi lainnya di Tempo.co.