TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyebutkan sepanjang masa kampanye sejak Agustus 2018 hingga akhir April 2018 konten berita palsu atau hoax yang dialamatkan ke calon presiden Joko Widodo atau Jokowi maupun Prabowo Subianto terus meningkat.
Baca: Polisi Ingatkan Penyebar Hoax Akan Dihukum Penjara 10 Tahun
Hoax tentang kedua capres terhitung sejak masa kampanye awal pada Agustus 2018 sampai April 2019 ditemukan berjumlah 341. “Terakhir bulan April meningkat. Padahal sudah lewat capresnya itu (hari pencoblosan, tapi hoax masih saja terjadi lebih kepada capresnya,” kata Rudiantara, dalam keterangan resmi di situs Sekretariat Kabinet, Senin, 29 April 2019.
Rudiantara menyebutkan, motif hoax yang dilakukan kepada kedua capres berbeda-beda dan momentumnya lebih dikaitkan dengan jiwa kepemimpinan. Sementara itu, hoax yang ditujukan kepada calon wakil presiden Ma’ruf Amin maupun Sandiaga Uno nyaris nihil.
Secara keseluruhan, Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat sebanyak 1.645 konten berita palsu atau hoax menyebar ke masyarakat sepanjang periode Agustus 2018 hingga 25 April 2019. Kementerian Kominfo lalu melakukan klarifikasi menangkal berita-berita palsu tersebut.
“Hoax yang kami identifikasi. Kami klasifikasi dan validasi menangkal 1.645 hoax dari bulan Agustus tahun lalu,” ujar Rudiantara. Sementara jumlah hoax yang terkait dengan pemberitaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 meningkat tajam sepanjang April 2019.
Baca: 3 Hari Usai Pemilu, Kementerian Kominfo Temukan 64 Hoax
Pada Agustus 2018, Kominfo mengidentifikasi 25 hoax, sementara itu pada Desember meningkat tiga kali lipat menjadi 75 hoax, lalu pada Januari 2019 naik 175, selanjutnya Febuari 353 berita palsu, serta Maret ditemukan 453 palsu dan per 25 April April 2019, ditemukan hoax sebanyak 421. “Kalau hoax bertambah banyak, berarti kan kita ini betul-betul hidup di era yang kurang etis, kurang beradab (hanya karena hoax),” katanya.
BISNIS