TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menyampaikan sejumlah upaya terbaru pemerintah dalam mengatasi persoalan sampah. Menurut Luhut, persoalan ini sebenarnya menjadi urusan semua pihak, lintas agama dan lintas suku.
Baca juga: Luhut Pandjaitan: Angkutan Umum Pakai Mobil Listrik, Ada Insentif
"Masalah kita semua, sampah, terutama sampah plastik bisa cair jadi mikroplastik, dimakan ikan, lalu ikan dimakan manusia, kalau itu ibu-ibu ibu-ibu hamil, bayinya hampir pasti stunting atau kuntet," kata Luhut dalam acara Gerakan Indonesia Bersih yang diadakan dalam acara Car Free Day (CFD) di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Minggu, 28 April 2019.
Untuk itu, kata Luhut, ada sejumlah upaya yang saat ini tengah dikebut pemerintah. Pertama yaitu memproses sampah menjadi energi. Tahapan pertama, proyek ini bakal dikebut di 12 kota di seluruh Indonesia, di antaranya Jakarta, Surabaya, Bali, Bandung, Manado, Medan, dan kota lainnya.
Untuk DKI Jakarta saja, Luhut menyebut kota ini memproduksi 7 hingga 8 ton sampah per hari atau hampir 3.000 ton per tahun. Saat ini telah hadir sejumlah unit pengelolaan sampah di DKI, namun baru bisa mengelola 1.500 ton sampah menjadi energi. "Kita berpacu dengan energi," ujarnya.
Terakhir, pemerintah meluncurkan pilot Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Pembangkit listrik ini nantinya akan mengelola sampah sebanyak 100 ton per hari dan akan menghasilkan bonus listrik sebanyak 700 kilowatt per jam.
Upaya kedua, kata Luhut, yaitu dari sisi perusahaan yang memproduksi produk mereka menggunakan bahan yang bakal menjadi sampah, salah satunya sampah plastik. Pemerintah terus mendorong agar bahan baku plastik yang digunakan bisa diganti dengan singkong atau rumput laut supaya lebih aman.
Lalu, sampah plastik juga tengah diarahkan agar bisa menjadi salah satu bahan baku aspal. Luhut Pandjaitan menyebut kajian mengenai hal ini sudah banyak. "Aspal yang dicampur plastik kekuatannya lebih kuat 40 persen, tapi lebih murah 10 persen," ujarnya.