TEMPO.CO, Jakarta - Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro yakin pertumbuhan ekonomi pada 2020 bisa mencapai 5,6 persen. Untuk itu, menurut dia, strategi pemerintah adalah mendorong investasi.
Baca: Refleksi 2018 Sri Mulyani: Defisit APBN Terendah Sejak 2012
"Makanya saya bilang investasi itu bukan hanya masalah pertumbuhan, tapi sekaligus bicara masalah inklusifitas. Itu berarti harus di atas 7 persen," kata Bambang di kantornya, Jakarta, 25 April 2019.
Artinya, kata Bambang, jika investasi tumbuh 7 persen, konsumsi juga harus sedikit di atas 5 persen. Dan ekspor pada kondisi yang sama seperti tahun lalu.
Untuk mendorong investasi, menurut Bambang, intinya adalah penciptaan iklim investasi, terutama kepastian regulasi dan penguatan institusi. "Itu yang paling penting. Di samping infratsruktur, terutama konektifitas harus terus dijaga," ujarnya.Adapun sektor investasi yang perlu didorong adalah industri manufaktur.
Bambang juga mengatakan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 5,6 persen pada 2020, juga diharapkan angka kemiskinan bisa di bawah 9 persen. "Juga pengangguran sudah sedikit di bawah 5 persen, kemudian ketimpangan kami harapkan sudah 0,38 dan indeks pembangunan manusianya sudah naik lagi ke 72," kata dia.
Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo berharap pertumbuhan ekonomi pada 2020 bisa mencapai 5,6 persen.
"Untuk awal ini kita berasumsi pertumbuhan ekonomi akan berkisar 5,3-5,6 persen. Presiden berharap kita bisa pacu sampai 5,6 persen," kata Sri Mulyani usai menghadiri sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa, 23 April 2019.
Baca: Jokowi Murka Pembangunan Kawasan Ekonomi di Batam Lambat
Angka sebesar 5,6 persen tersebut lebih tinggi 0,43 persen jika dibandingkan pencapaian sepanjang 2018. Dengan target di kisaran 5,3-5,6 persen tersebut, Sri Mulyani mengatakan mesin pertumbuhan ekonomi akan bertumpu pada konsumsi sekitar 5,2 persen. Kemudian investasi diharapkan bertumbuh mendekati 7,5 persen, sementara ekspor tetap memiliki momentum tumbuh di sekitar 7 persen, dan impor tetap dijaga di kisaran 6 persen.
"Untuk suplainya masih kita lihat lagi dari sisi produktivitas masing-masing sektor apakah pertanian, terutama manufaktur yang selama ini kita harapkan untuk bisa tumbuh di atas yang selama ini hanya 4-5 persen, kita harapkan bisa lebih tinggi," ucap Sri Mulyani.
HENDARTYO HANGGI | FRISKI RIANA