TEMPO.CO, Jakarta -Di depan pelaku usaha dan pemain di bisnis listrik yang hadir di acara Groundbreaking Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Unit Dieng 2 dan Patuha 2, Menteri Keuangan Sri Mulyani bercerita soal kesuksesan Islandia. Negara di dekat Inggris ini ia nilai sukses mengelola potensi energi yang mereka miliki.
Baca juga: Siap-siap, Sri Mulyani Beri Sinyal Iuran BPJS Kesehatan Naik
"Saya selalu teringat saat saya ke Islandia, sebagai ekonom, saya melihat negara ini pernah bangkrut karena mengimpor energi," kata Sri Mulyani di Kementerian Keuangan, Kamis 26 April 2019.
Dengan lokasi yang berdekatan dengan kutub utara, maka musim dingin pun menjadi masalah tersendiri bagi Islandia. Sri melihat sendiri bagaimana ban mobil di Islandia dipasangi paku agar bisa berjalan karena tebalnya salju yang menimbun aspal.
Selain itu, kebutuhan mereka akan pemanas ruangan pun sangat besar sehingga mereka sangat tergantung pada Bahan Bakar Minyak (BBM). "Betapa besarnya Neraca Pembayaran (NP) mereka terdampak karena impor ini," kata Sri.
Tapi kondisi ini tak berlangsung lama setelah mereka merubah kebijakan di sektor energi. Islandia, kata Sri, sadar jika mereka memiliki sumber panas bumi yang kaya di bawah tanah mereka.
Walhasil ketika berkunjung kembali ke Islandia, Sri melihat trotoar di Islandia yamg dulunya dipenuhi salju, kini bersih karena dihangatkan dengan pemanas dari pembangkit panas bumi. Sehingga, Islandia pun tak perlu lagi mengimpor BBM sebanyak dahulu.
Baca juga: Jokowi Ingin Pajak Korporasi Turun, Sri Mulyani: Sudah Disiapkan
Dengan cadangan dan potensi panas bumi yang terbesar di dunia, Sri Mulyani ingin Indonesia seperti Islandia. Dari catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kapasitas panas bumi di Indonesia sebenarnya bisa menghasilkan listrik hingga 29 Giga Watt (GW) atau 29 ribu MW. Namun, saat ini hanya 1.948 MW saja atau 6,7 persen yang berhasil terpasang atau dimanfaatkan.
FAJAR PEBRIANTO